Rabu, 23 Mei 2018

RENUNGAN MINGGU TRINITATIS, 27 MEI 2018

Hidup
Dalam Pembaharuan Moral dan Iman
(Yehezkiel 36: 25-28)




Perubahan dalam segala hal, adalah merupakan konsekwensi kehidupan, berubah dalam hal pemahaman menuju kepada hal yang lebih baik, berubah dalam sifat dan kelakuan menuju kepada kedewasaan moral, berubah dalam pemahaman akan nilai hidup yang sesungguhnya, demi suatu nilai yang bermakna. Kesadaran moral akan nilai perubahan itu akan membawa kita kepada kesungguhan, menuntun hati dan pikiran kita ke dalam kebenaran nilai, serta menuntun hati dan pikiran itu ke dalam kesungguhan, ketaatan dan kejujuran hidup. Memaknai nilai kehidupan yang bermakna bagi diri sendiri, bagi orang lain juga di hadapan Tuhan,

Pengalaman sejarah bisa juga mengubah pola pikir kita akan sebuah perjalanan kehidupan, atau menjadi alat untuk mengevaluasi apa yang telah kita lalui untuk hidup yang lebih baik di masa depan. Pengalaman sejarah akan membawa kita kepada kehati-hatian untuk tidak kembali jatuh, untuk tidak terprovokasi kepada hal-hal yang tidak berguna, tetapi menuntun kita kepada pemahaman baru, kotivasi dan semangat baru. Pembaharuan bisa lahir dari kesadaran moral dan iman (Roma 12:2), tetapi boleh juga karena kita dipaksa harus berubah untuk memulihkan keadaan yang telah rusak sebelumnya.

Pembaharuan moral dan iman yang dilakukan Allah kepada umat-Nya Israel, bukan saja pemulihan/pembaharuan lahiriah tetapi dimulai dari hati, sifat dan karakter umat-Nya. Pemulihan bukan saja sekedar perubahan/reformasi bentuk, tetapi merupakan transformasi dari dalam ke luar (hati kepada perbuatan). Tuhan memulihkan umat-Nya dari keterikatan akan dosa, dengan mentahirkan mereka dari segala kenajisan dan berhala (ay. 25), dan pentahiran itu dimulai dari bagian yang paling inti dalam hidup umat-Nya yaitu hati dan roh (ay. 26-27). Hati adalah pusat kepribadian seseorang yang lebih utama dan pertama Tuhan ubah untuk dapat melihat bagaimana Tuhan berkarya dalam hidupnya dan di dunia ini. Dari sikap hati yang pemberontak/keras menjadi penurut dan taat kepada-Nya, supaya nama-Nya senantiasa dipermuliakan. “Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu, dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya” (ay. 27).

Pembaharuan hidup, batin yang dikerjakan oleh Allah dengan Roh-Nya, semata-mata bukanlah karena pribadi kita yang unggul, tetapi semata-mata adalah kasih Karunia-Nya. Bagaimana kita harus bersyukur di mana Yesus yang oleh darahNya yang tercurah telah mentahirkan kita dari dosa, mengubah kehidupan kita dari orang yang seharusnya dihukum (mati) menjadi orang yang menerima pembenaran dan pengampunan (memperoleh hidup baru dan selamanya). Amin. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...