Sabtu, 16 April 2016

RENUNGAN MINGGU JUBILATE 17 APRIL 2016

“Jubilate Yang Hilang Dulu”
(1 Tawarikh 16: 31-36)





      Apakah engkau pernah kehilangan sukacita? Apakah engkau pernah kehilangan arah? Pernahkah engkau mencari penyebabnya? Lalu apakah engkau masih sanggup bersorak-sorai? Orang yang berjubilate adalah orang yang bersorak-sorai karena hidupnya dibebaskan, diselamatkan. Beban beratnya berakhir.
    Apakah yang menyebabkan raja Daud dan Israel bersorak-sorai? Khotbah hari ini menjelaskan bahwa ketika tabut perjanjian kembali ke Israel maka jiwa mereka penuh dengan sukacita. Tabut perjanjian yang merupakan simbol kehadiran Allah yang dibuat pada zaman Musa. Tabut itu berisi dua loh batu hukum taurat, satu buli-buli emas berisi Manna, tongkat Harun yang pernah bertunas (Ul.31:26;Kel.16:33-34; Ibr.9:4). Ketika tabut perjanjian itu berada di depan Israel maka semua musuhnya ditaklukkan Allah. Sebaliknya ketika tabut itu dirampas bangsa lain, maka Israel mengalami kekalahan. Itu sebabnya ketika tabut itu kembali ke Yerusalem, Daud sangat bersukacita dan meminta Asaf memimpin syukur kepada Allah (16:1-7).
    Adakah kita menemukan sesuatu yang unik dan menarik dari isi puji-pujian tersebut? Ternyata bukan hanya manusia yang memuji-muji Allah atas segala karya-Nya tetapi alam semesta juga ikut serta dalam sebuah paduan suara raksasa memuliakan Sang Pencipta. “Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah orang berkata di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja!" Biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka pohon-pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.” (ay.31-33). Selain itu, puji-pujian tersebut berisi pernyataan, pengakuan bahwa Tuhan adalah Raja. Tuhan itu baik. Juga permohonan keselamatan (ay.31,34,35,36).
    Seakan kita sedang menyaksikan sebuah paduan suara kolosal kerjasama antara manusia dan alam semesta yang menghasilkan suara yang indah dan merdu. Barangkali keindahan dan kemerduannya menginspirasi para komponis klasik seperti Ludwig van Beethoven, Wolfgang Amadeus Mozart, Johann Sebastian Bach, Joseph Haydn serta para komponis Batak lainnya yang berkarya. Puji-pujian Daud menyentakkan kita yang sering kali memandang sebelah mata terhadap lingkungan hidup. Alam dieksploitasi demi mengejar pertumbuhan ekonomi. Gaya hidup yang materialistis, komsumtif, dan hedonis serta menjadikan diri sebagai raja-raja kecil yang berdampak pada rontoknya keseimbangan semesta.
    Sekalipun Daud seorang raja namun dia tetap merendahkan hatinya di hadapan Allah. Sekalipun dia memiliki banyak harta, punya kuasa namun hidupnya baru merasakan ketenangan ketika tabut perjanjian tiba di Yerusalem. Ketika Allah hadir di tengah-tengah hidupnya dan umat Israel yang dipimpinnya, di saat itulah dia bersorak-sorai. Kini, aku hendak menyapa hatiku, “Hai hatiku, apakah yang membuatmu bersorak-sorai? Apakah pesona dunia yang membuatku bersorak-sorai? Atau, apakah persoalan hidup telah merenggut Jubilateku?” Jika demikian, semoga jubilate yang hilang dulu, jumpa lagi. Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar lagu menyapa hati “sonang di lambung Jesus, sonang na ro tusi…” (BE.No.214). Selamat beribadah. Selamat hari minggu. Pegang teguh janji Tuhan.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...