Sabtu, 12 September 2015

RENUNGAN MINGGU XV SETELAH TRINITATIS 13 SEPTEMBER 2015

Mengekang Lidah 

(Yakobus 3:1-12)



S
ebuah kisah datang dari zaman filsuf Socrates. Seorang tamu menjumpai Socrates dan bertanya, “Socrates, apakah Anda tahu tentang apa yang baru saja terjadi mengenai sahabatmu?” “Tunggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum Anda menceritakan apa pun tentang sahabatku, saya akan memberikan suatu tes sederhana. Ini disebut Tes Tiga Filter.” “Tiga Filter?” tanya tamunya keheranan. “Benar,” kata Socrates. Filter pertama yaitu kebenaran, “Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?” “Tidak,” jawab orang itu. “Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu, dan…”
        “Baik,” kata Socrates, “jadi Anda tidak yakin bahwa berita itu benar. Sekarang kita lanjutkan dengan filter kedua, yaitu kebaikan. Apakah yang akan Anda katakan tentang sahabat saya itu sesuatu yang baik?” tanya Socrates. “Tidak, malah sebaliknya…” jawab orang itu. “Jadi,” lanjut Socrates, “Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, dan Anda tidak yakin apakah itu benar. Mari kita gunakan satu filter lagi, yaitu kegunaan. Apakah yang akan Anda katakan itu berguna bagi hubungan kami?” tanya Socrates. “Tidak, sama sekali tidak,”sahut orang itu. “Jadi,” simpul Socrates, “bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar, buruk, dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda mengatakannya kepada saya?”
        Kisah pendek di atas mengingatkan betapa bahayanya jika lidah tidak dikekang. Ia bisa menyampaikan kabar buruk, menyesatkan, dan merusak persekutuan. Sebaliknya, dengan lidah yang dikekang, orang-orang akan berlomba menyampaikan kebaikan, kebenaran, dan yang bermanfaat. Yesus juga pernah berkata, “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Mat. 12:37). Meski orang berkata, “Dengan ini saya mencabut perkataanku itu” atau “Mohon maaf atas kesalahanku,” namun dampak kata-kata tersebut tidak serta-merta  tercabut hanya dengan minta maaf. Setiap orang akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan dan perkataannya.
        Lidah memang kecil tapi dampaknya luar biasa. Ia dapat membangun dan meruntuhkan; memperbaiki dan merusaki; memotivasi dan mencaci maki. Yakobus berkata, “…lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar” (ay.5). Seperti api, sekalipun kecil, namun dapat membakar dan menghanguskan ratusan bahkan ribuan hektar hutan.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan lidah. Ia sama seperti ciptaan Tuhan lainnya yang mendapat predikat “sungguh amat baik” dari Sang Pencipta (Kej.1:31). Jika demikian, manusialah yang harus mengendalikan tubuhnya, termasuk lidahnya, untuk memuliakan-Nya. Itu sebabnya Paulus dan penulis Amsal berkata “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, lemah lembut, mengeluarkan pengetahuan, dan memberi kehidupan” (Kol. 4:6, Ams 15:1, dyb).
Kini, peran lidah (mulut) telah banyak diambil alih jari untuk membuat status. Hendaklah SMSmu, FBmu, WAmu, Twittermu, dst penuh kasih, jangan hambar, nikmat dan sehat. Selamat hari minggu dan beribadah. Pegang teguh janji Tuhan. 

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...