Jumat, 02 Januari 2015

RENUNGAN MINGGU SETELAH TAHUN BARU 04 JANUARI 2015

RENUNGAN MINGGU SETELAH TAHUN BARU 04 JANUARI 2015


SUNAT DI DALAM HATI SECARA ROHANI (Roma 2:17-29)



S
eorang anak yang datang dari kota metropolitan berkunjung ke Tapanuli di sebuah desa di tengah persawahan berkata, “Pada suatu hari aku berdiri di pematang di tengah persawahan dan mengamati hamparan tanaman padi yang sedang menguning. Ada tangkai padi yang tegak berdiri dengan sombongnya di tiup angin sepoi, dan ada pula tangkai padi yang menunduk malu. Setelah melihat tangkai-tangkai padi tersebut, aku merasa heran. Tangkai padi yang tegak lurus berdiri terkesan sombong menggangkat lehernya ke arah langit, sedangkan yang merunduk justru padat berisi. Aku berpikir dan berkata dalam hati, “ternyata budaya malu tidak dimiliki tangkai yang mengangkat kepala, menggangkat lehernya ke arah langit. Ia kosong tidak berisi.

Rasul Paulus mengirimkan surat Roma dari Korintus kira-kira tahun 57 Masehi untuk tujuan, memperkenalkan diri dan memperkenalkan pangajarannya, sekaligus meminta dukungan dari jemaat Roma dalam misi pekabaran Injilnya  ke Spanyol (band. Roma 15:23-24, 28). Rasul Paulus menuliskan pikirannya dan sekitar masalah-masalah yang sedang dia hadapi dalam missi Pekabaran Injil tersebut, misalnya tentang hukum Taurat dan kasih karunia Tuhan. Pada saat itu rasul Paulus berhadapan dengan non Yahudi, kaum Yahudi umumnya dan Yahudi Kristen khususnya yang masih memiliki pemahaman bahwa melakukan hukum taurat adalah jalan keselamatan. Pertama-tama rasul Paulus mengingatkan murka Allah kepada penyembah berhala non Yahudi (lihat. Roma 1:18-32). Mendengar pesan rasul Paulus tersebut yang mengatakan murka Allah kepada non Yahudi, kaum Yahudi merasa senang, dan merasa benar sendiri lebih suci dan layak dari orang non Yahudi. Begitulah kehidupan manusia, ketika satu kelompok diingatkan dan dihukum, maka kelompok yang lainnya merasa lebih benar (sombong).
Dalam perikop ini, kelompok Yahudi sedang merasa senang, merasa layak, menganggap lebih suci dan benar sendiri. Namun menyusul seruan rasul Paulus tentang murka Tuhan kepada kelompok Yahudi dan Yahudi Kristen (semua orang) : Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (Roma 2:1)
Rasul Paulus menyebut Kaum Yahudi  sebagai yang menghakimi orang lain” (jolma sidabu uhum), hal ini berkenan dengan cara kaum Yahudi tersebut melihat kedudukannya. Kaum Yahudi menganggap dirinya kudus, benar, lurus, mengganggap dirinya layak menghakimi orang lain. Hal ini didasari pemilihan Tuhan kepada bangsa tersebut, namun mereka tidak sadar bahwa kesempatan yang mereka miliki tersebut, bukan karena berkat usaha mereka atau karena mereka layak menerimanya, tetapi hanyalah karena kasih karunia Tuhan kepada mereka  (band. Ulangan 4:6). Karena itu, tak seharusnya mereka menghakimi orang non Yahudi atau bangsa lain. Tuhan Yesus berkata : "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Matius 7:1-2).
Kita jemaat gereja Tuhan Yesus sekarang ini, cenderung seperti orang Yahudi yang suka menghakimi menganggap diri benar dan suci. Kita perlu datang kepada Tuhan seperti seorang pengemis! Membungkuk dengan penuh kerendahan hati, mengetahui bahwa Raja yang mulia tidak berhutang apapun kepada kita! Kita telah meludahi wajah-Nya di dalam hati kita sepanjang tahun-tahun dalam hidup kita. Kita telah meludahi wajah Kristus dengan semua sikap kesombongan, keangkuhan dan menganggap diri benar dan layak. Kristus tidak berhutang apapun kepada kita. Ia hanya berhutang murka, penghukuman dan api Neraka kepada kita. Maka, jika kita merasa bahwa penghukuman yang teramat mengerikan adalah benar layak, marilah kita datang kepada Yesus seperti seorang perempuan yang telah berdosa yang datang kepada Dia dan mencium kaki-Nya. Datanglah kepada Dia seperti cacing yang menyedihkan. Datanglah dalam tangis dan ratapan kepada Dia, datanglah kepada Dia dan mengakui dosa-dosa kita. Kita mungkin saja telah berdosa dan telah kehilangan hari anugerah kasih karunia itu. Datanglah dalam ratapan kepada Kristus. Ia akan mendengarkan permohonan kita dan memberikan kita kesempatan untuk menerima anugerah-Nya dan menyucikan kita dengan Darah-Nya yang suci. Inilah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah.
Amin. 

Selamat Hari Minggu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...