Sabtu, 17 Januari 2015

Renungan Minggu 18 Januari 2015 ; 1 Korintus 6:12-20


RENUNGAN MINGGU II DUNG EPIPHANIAS, 18 JANUARI 2015
Semuanya Boleh, Tapi… (1 Korintus 6:12-20)

“Jangan salah pilih ya, Chin. Pilihlah calon pasangan yang saling membangun,” demikian pesan sang Ibu kepada putrinya, Chintya, yang telah tumbuh dewasa. “Hidup ini adalah pilihan, jadi jangan salah memilih,” demikian sang kebijakan bertutur. Setiap hari, mulai bangun pagi hingga mau tidur di malam atau dini hari, ada beragam pilihan. Tak ketinggalan dalam kehidupan pasangan suami-istri di tengah keluarga, sering ditaburi pilihan-pilihan. Pagi-pagi berangkat kerja, malam baru tiba di rumah. Terkadang, waktu lebih banyak di tempat kerja, hingga ke luar kota bersama rekan kerja. Lalu, muncullah pihak ketiga, sang penggoda (dalam rupa bernama pria idaman lain atau wanita idaman lain), yang bisa membuat terlena dan terpesona serta melumpuhkan ingatan seketika terhadap pasangan dan anak-anak di rumah. Akhirnya, dusta mulai direkayasa sementara ibadah hampir tak pernah alpa. Celakanya, semua dilakukan demi menutupi noda.
Ribuan tahun yang lalu, firman Tuhan mengingatkan jemaat Korintus agar hidup dalam kekudusan. Hal itu disampaikan Paulus karena dia mendengar bahwa di kuil-kuil kota Korintus, berkembang ibadah yang melegalkan prostitusi sebagai bentuk penghormatan terhadap Aphrodite, dewi cinta. Di kuil itu, disediakan 1000 imam wanita yang bertugas sebagai pelacur. Akhirnya orang Kristen di Korintus terbelah. Ada yang ikut dan menganut libertinisme, ada pula yang menolak dan menganut asketisme. Pengikut ajaran libertinisme menganggap prilaku amoral/seks bebas tersebut wajar karena Allah di dalam Kristus, melalui karya penebusan-Nya, telah menganugerahkan kebebasan, kemerdekaan kepada orang Kristen. Mereka menganggap orang Kristen boleh melakukan apa saja. Sedangkan pengikut asketisme melakukan aksi pantangan tubuh dan bersamaan dengan itu menganggap diri/kelompoknya lebih baik, lebih suci dibandingkan yang lain. 
            Di minggu kedua setelah Epiphanias ini, Allah menyatakan kehendak-Nya agar umat hidup dalam kekudusan. Mengapa harus hidup kudus? Karena status orang Kristen telah dikuduskan Allah (ay.11) dan tubuh kita adalah bait Roh Kudus (ay.19). Dengan demikian  apa yang harus dilakukan orang percaya? Pertama, hidup dalam kebebasan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Semuanya boleh, tapi tidak semuanya berguna. Semuanya boleh, tetapi tidak semuanya membangun. Apakah kehadiran dan kebebasan orang percaya dalam hal individual dan komunal (bersekutu, bersaksi, dan melayani) memberi manfaat yang berarti bagi masyarakat? Kedua, kuasai diri. Musuh terbesar adalah diri sendiri. Selama hidup, cobaan dan godaan selalu ada. Orang percaya bukan dilarang menikmati indahnya ciptaan Allah, tetapi meng-Allah-kan kenikmatan ciptaan. Jauhkan diri dari ketamakan, kerakusan. Jangan dikuasai hedonisme dan konsumerisme. Karena banyaknya dan kuatnya kenikmatan ciptaan, Yesus mengajarkan kita berdoa “jangan membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat”. Dalam lagu pun kita juga diundang menyanyikan “Lawanlah godaan, s’lalu bertekun…Mintalah pada Tuhan agar kau dikuatkan. Dia b’ri pertolongan, pastilah kau menang” (KJ No. 436). Selamat hari minggu. Selamat beribadah.
Tuhan menyertaimu dalam susah maupun senang.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...