Jumat, 09 Januari 2015

RENUNGAN MINGGU I DUNG EPIPHANIAS (Yesaya 60:1-6)


RENUNGAN MINGGU I DUNG EPIPHANIAS

MINGGU, 11 JANUARI 2015

BANGKIT DARI KETERPURUKAN

(Yesaya 60:1-6)





         “Hidup tidak selamanya berjalan dalam karpet merah,” demikian ungkapan orang bijak. Suka dan derita, sedih dan tawa silih berganti menerpa. Berharap bahagia namun terkadang berakhir dalam duka, menjadi bagian kehidupan umat manusia. Jatuhnya pesawat terbang Air Asia QZ 8501 dari Surabaya menuju Singapura, di sekitar selat Karimata, yang menimbulkan korban jiwa, adalah sedikit cuplikan kehidupan yang sempat merontokkan semangat dan harapan banyak pihak terutama di pihak keluarga korban. Bangkit dari keterpurukan adalah pilihan terbaik ketimbang menangisi keadaan.
Bangsa Israel, umat pilihan Allah pun pernah mengalami keterpurukan. Hidup dalam pembuangan Babel selama 70 tahun karena tidak setia kepada Allah, dibebaskan karena belas kasihan Allah dan dipulangkan ke Yerusalem, kampung halaman  yang telah porak poranda. Namun Allah tidak ingin umat-Nya menangisi keadaan. Allah menyuruh nabi Yesaya menaburkan bibit pengharapan kepada umat-Nya: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu” (ay.1).
Mengapa harus bangkit dan menjadi terang? Pertama, karena Allah yang memerintahkan. Allah tidak menghendaki umat-Nya dikalahkan dan digelapkan keadaan. Sekuat dan segelap apapun keadaan orang percaya harus bangkit. Itu perintah Allah. Apakah Allah hanya memberi perintah lalu meninggalkan umat-Nya? Tidak! Allah datang! Itulah yang kedua, Dia turun tangan, seperti yang dikatakan Yesaya “…sebab terangmu datang dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.” Ketika para pemimpin dunia hanya tahu memerintah tanpa turun dan hadir di tengah-tengah rakyatnya, Allah justru menyatakan diri-Nya melalui kehadiran dan perbuatan-Nya memperlengkapi umat-Nya. Asalkan umat mau bangkit dan menjadi terang sebab Allah jaminannya. Dia menuntut kesetiaan kita, melepaskan segala sesuatu kepada Yesus tetapi bukan melepaskan Yesus untuk “sesuatu” apalagi untuk “segala sesuatu”.
Guiness World Records mencatat lampu Contennial Light Bulb yang berada di Dinas Pemadam Kebakaran di Livermore California, AS sebagai lampu pijar terawet di dunia, berusia 113 tahun (dinyalakan selama 24 jam setiap hari sejak 18 Juni 1901). Sekalipun lampu tersebut bertahan cukup lama menerangi lingkungan sekitarnya, namun hanya terang Yesus Kristus yang bertahan selama-lamanya. Dia berkata "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, … ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12).
Tidak peduli seberapa banyak kegagalan dan keterpurukan yang terjadi di masa lalu sebab masa depan seseorang adalah suci di dalam Tuhan. Bila terang dan kemuliaan Tuhan yang menyinari dan menggerakkan orang percaya, maka bukan lagi kesedihan, keputusasaan, dendam, dan amarah yang menguasainya melainkan KP2K (kasih sayang, pengampunan, pengharapan, dan kebahagiaan). Itu sebabnya, sekalipun orang pesimis akan melihat duri pada bunga mawar, dan orang optimis akan melihat kelopak pada bunga mawar namun orang beriman akan mensyukuri keduanya. Seperti untaian sebuah lagu”…suka dan derita bergantian memperkuat imanku” (KJ No.332:1). Selamat beribadah dan menjalani tahun 2015. Tuhan Yesus memberkatimu. Amin.
Selamat Hari Minggu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...