Kamis, 03 Juli 2014

RENUNGAN II SETELAH TRINITATIS 29 JUNI 2014 Roma 6: 12-23


RENUNGAN MINGGU 2 TRINITATIS
MINGGU II DUNG TRINITATIS 29 JUNI 2014
Roma 6: 12-23

Seorang kepala suku Indian tua terus menerus berbicara tentang Yesus Kristus dan begitu berartinya Yesus baginya. “Mengapa engkau begitu mengasihi Yesus?” Tanya seorang temannya. Kepala suku itu tidak menjawab, tetapi secara perlahan mengumpulkan ranting dan rumput kering. Dia membuat lingkaran dari bahan yang mudah terbakar itu. Dia meletakkan seekor ulat ditengah-tengah lingkaran itu. Tanpa berbicara, dia menyalakan sebatang korek api dan membakar ranting dan rumput kering yang segera saja menyala. Mereka berdua memperhatikan ulat yang ada ditengah lingkaran itu. Saat api membesar dan mendekat ke arahnya, ulat yang terperangkap itu merayap dengan cepat untuk mencari jalan ke luar.
Saat api makin mendekat ke arah dirinya, ulat yang putus asa itu mengangkat kepalanya ke atas setinggi-tingginya. Jika saja ulat itu bisa berbicara, dia akan berkata, “Pertolonganku hanya dapat datang dari atas”.
Kemudian kepala suku Indian tua itu membungkuk. Dia mengulurkan  jarinya kearah ulat itu yang segera saja  merayap naik mencari tempat yang aman. “Seperti itulah yang dilakukan Tuhan Yesus bagiku”, ujar kepala suku itu. “Dulu saya terperangkap api dosa. Kemudian Yesus membungkuk  dan dengan kasih dan pengampunanNya dia menarik saya dari lumpur dosa yang mengerikan. Oleh sebab itu, bagaimana saya tidak mengasihi dan menceritakan betapa agungNya kasih dan pemeliharaanNya?”.
Pengakuan seperti itu yang disampaikan Rasul Paulus dalam kotbah Minggu ini, Roma 6:12-23. Dalam ayat 22-23 Paulus mengatakan, “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Menurut Paulus, keselamatan kita hanya “anugerah, karunia” Tuhan. Dalam ayat 23, kata karunia, disalin dari kata “charisma” dalam bahasa Yunani. Kharisma, artinya pemberian yang disampaikan kepada seseorang, bukan karena prestasi yang menerima. Demikian halnya pembenaran kepada orang berdosa. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita; kita diselamatkan karena kasih Tuhan yang sangat besar kepada manusia yang mau menyesali dosanya. Oleh anugerah Tuhan, orang percaya dikuduskan, dosanya diampuni, dan memperoleh kehidupan yang kekal. Sebenarnya karena dosa, manusia harus mati, karena upah dosa adalah maut. Namun karena anugerah Tuhan orang percaya diberi kehidupan yang kekal. Hal itu menunjukkan bahwa keselamatan kita adalah anugerah semata, sola gratia, bukan karena perbuatan baik kita diselamatkan. Anugerah Tuhan yang begitu besar harus disambut dengan sikap yang menutup pintu hati terhadap dosa. Anugerah Tuhan harus disambut dengan ketaatan kepada-Nya melalui perilaku yang baik. Sebagai manusia yang diperbaharui, orang percaya harus setia dan mematuhi kehendak Tuhan. Kesetiaan dan kepatuhan itu diperlihatkan dalam perilaku kehidupan seharihari. Sebagai manusia baru, orang percaya harus menampilkan diri dalam kehidupan yang baru, yaitu menjauhkan diri dari dosa.

Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...