Rabu, 17 November 2021

PENELAAHAN ALKITAB (PA) SEKSI REMAJA Jumat, 19 November 2021

 PENELAAHAN ALKITAB (PA) SEKSI REMAJA

HKBP PONDOK GEDE RESORT PONDOK GEDE

DISTRIK XIX BEKASI

Jumat, 19 November 2021


“ARTI PERSEMBAHAN DALAM IBADAH”

 





1.  Menyanyi BN HKBP No. 815: 1-2 Indahnya Saat yang Teduh D=Do 6/8

 

1.       Indahnya saat yang teduh, di hadirat-Nya yang kudus

Bapaku setia s’lalu, Dia t’rima permohonanku

Dikala susah dan resah, jiwaku dihiburkan-Nya

‘Ku bebas dari cobaan, saat berdoa pada-Nya

 

2.       Indahnya saat yang teduh, senang, bahagia hidupku

Hatiku rindu selalu, berdoa saat yang teduh

Bersama umat yang kudus, ‘ku ingin lihat wajah-Mu

Tuhanku Yesus Penebus, di dalam doa yang teduh

 

2.  Doa Pembuka (A. XX/ B. 8; D. XX/ 75) Ayat Harian Almanak HKBP:

 

Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. (On do hiras ni rohanta maradophon Ibana: Molo tapangido manang aha marguru tu lomo ni rohana, tangihononna do hita.) 1 Yohanes 5: 14

 

3.  Pembacaan Nats:

 

Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. (Kejadian  8:21).

 

“ARTI PERSEMBAHAN DALAM IBADAH”

 

Nuh mendirikan mezbah memberikan persembahan bagi TUHAN, setelah semua rombongannya keluar dari bahtera bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya. Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu.

Satu di antara bentuk pengungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan Allah sumber segala berkat, adalah memberi persembahan. Ketika kita memberi persembahan, maka pemberian itu harus dilandasi dengan ketulusan dan kejujuran. Dengan memahami bahwa kita memberi persembahan, sebagai wujud syukur dan sukacita kita atas kasih, anugerah dan berkat Tuhan yang sudah Dia berikan dalam hidup kita. Ini menunjukkan bahwa kita tidak melupakan Tuhan sebagai pemberi berkat. Ada contoh awal memberi persembahan, yaitu: “Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu.” (Kejadian 4: 3-4). Persembahan sesuai dengan bentuk pendapatan masing-masing.

 

Pada kitab Ulangan 26:1-11, menyatakan tentang salah satu ketetapan Tuhan Allah bagi kehidupan umat-Nya Israel, ketika mereka telah masuk dan tinggal di negeri yang dijanjikan Allah yaitu Kanaan. Melalui Musa, Tuhan Allah mengingatkan umat-Nya Israel, untuk mempersembahkan hasil pertama (buah bungaran) dari segala usaha mereka. Perintah atau ketetapan Allah ini, bukan untuk kepentingan Allah, tetapi lebih dipahami sebagai bentuk pengucapan syukur kepada Allah atas kemurahan-Nya yang besar, yang telah membebaskan, menuntun dan menyertai umat-Nya keluar dari tanah Mesir dalam masa pengembaraan di padang gurun bahkan ketika diperkenankan Tuhan untuk masuk di tanah Kanaan. Umat juga hendak diarahkan untuk memahami bahwa Allah adalah pemberi hidup, Dialah yang menganugerahkan segala yang diperlukan, sehingga ketika umat mempersembahkan hasil pertama mereka di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepada mereka, itu merupakan milik Allah, juga sebagai tanda bahwa hanya karena kemurahan dan kebaikan Allah, mereka ada di negeri yang telah dijanjikan oleh Allah.

 

Karena itu, Allah juga menetapkan bagaimana seharusnya persembahan itu diberikan. Persembahan itu harus ditaruh di dalam bakul, kemudian bakul itu diserahkan kepada Imam, menunjukkan bahwa Israel telah memiliki negeri itu sesuai dengan janji Allah. Sesudah itu, ada ungkapan doa yang isinya hendak mengingatkan kembali karya-karya agung Allah, yang berkenan membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir, bahkan yang telah menunjukkan kasih setia-Nya dan rahmat-Nya yang besar, sehingga umat Israel memasuki negeri Kanaan yang berlimpah susu dan madunya dengan selamat. Kebaikan-kebaikan Allah yang besar ini, menjadi perenungan bagi umat Israel, yang harus diwujudkan dalam bentuk pemberian persembahan kepada Allah.

Wujud dari ketaatan dan kesetiaan kita kepada Tuhan Allah yang hidup, adalah ketika dengan penuh ketulusan dan kejujuran, kita melakukan segala yang dikehendaki oleh Allah. Allah sendiri yang memberikan aturan atau ketetapan-Nya kepada umat Israel untuk memberikan persembahan dari hasil pertama usaha mereka di negeri yang diberikan oleh Tuhan Allah. Dengan terus mengingat karya selamat Allah dalam perjalanan dan perjuangan hidup umat.

 

Demikian juga dengan kita sebagai gereja Tuhan, kita belajar dari kehidupan umat Israel di masa lampau. Dalam perjalanan hidup kita, ada banyak bahkan tak terhitung berkat Tuhan, kebaikan Tuhan, kemurahan-Nya dan anugerah-Nya kita terima dan alami. Sehingga sangatlah beralasan apabila kita terpanggil untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki sebagai persembahan bagi Tuhan. Kita memberikannya berupa persembahan syukur HUT, persepuluhan atau persembahan Pesta Panen, atau persembahan-persembahan syukur lainnya.

 

Pesta Gotilon (Panen atau menuai) telah menjadi salah satu tradisi di gereja HKBP atau barangkali di gereja-gereja lain juga, dilakukan sekali setahun. Sejak awal para misionaris hingga berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), telah menggiatkan pesta gotilon sebagai salah satu pesta gereja tahunan, yang dilakukan setelah selesai panen. Makna yang ditanamkan untuk mensyukuri hasil panen yang dipercaya sebagai berkat Tuhan. Jemaat kaum ibu dihimbau untuk membawa serta hasil tanamannya terutama hasil dari sawah atau ladang berupa beras atau padi, buah-buahan, lampet atau sagusagu (kue tradisional batak terbuat dari tepung beras). Biasanya itu dibawa dalam tandok (sumpit tradisonal Batak). Lampet atau sagusagu dimakan bersama oleh seluruh warga jemaat yang hadir setelah kebaktian Minggu. Sedangkan beras atau padi itu disimpan dalam lumbung gereja atau dijadikan dalam bentuk uang. Kaum bapak dan Naposobulung (pemuda-pemudi) membawa persembahannya berupa uang yang dimasukkan dalam amplop. Semua persembahan diperuntukkan untuk dana keperluan operasional gereja. Tradisi ini hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh HKBP, baik yang berada di daerah perantauan perkotaan di mana warga jemaatnya tidak lagi hidup dari hasil pertanian. Pesta Goliton terinspirasi oleh tradisi keagamaan umat Israel dalam kitab Keluaran 23: 10-19 memerintahkan tiga macam perayaan (ayat 10-12): tentang tahun Sabat dan hari Sabat. (ayat 15) tentang hari raya Roti Tidak Beragi. (ayat 16) tentang hari raya menuai (Pesta Gotilon). Dalam perayaan Pesta Gotilon, semua umat Israel datang menghadap Tuhan (Kel. 23:17) dan membawa yang terbaik dari buah bungaran (yang pertama keluar) hasil tanah (Kel. 23: 19). Pesta Gotilon ini biasa juga disebut Pesta Pentakosta (ke-50) karena dirayakan 50 hari sesudah hari raya Roti Tidak Beragi. Hari raya Roti Tidak Beragi dirayakan untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir yang biasa disebut Paskah. Dalam perayaan Kristen saat ini, maka Pesta Gotilon sama dengan peringatan Turunnya Roh Kudus yang sering kita sebut hari Pentakosta, yang kemudian dipadu dengan budaya Batak, berupa pesta tahunan masyarakat Batak sehabis panen yang di maulai dengan mendoakan benih yang akan ditanam. Bagi umat Kristiani sekarang ini Pesta Gotilon dimaknai sebagai kesadaran bahwa begitu besar kasih karunia Tuhan, maka wajib disyukuri. Kesadaran saling membantu, saling tolong menolong, setiap anggota jemaat sesuai dengan talenta dan berkatnya masing-masing menopang seluruh pelayanan dan program kerja gereja untuk berjalan dengan baik. (bandingkan Galatia 6: 2).

 

Tuhanlah pemberi hidup, sukacita dan berkat. Bahkan ketika kita memberi dengan penuh sukacita, maka sesungguhnya tidak ada yang hilang atau yang berkurang dalam hidup kita, justru kita semakin kaya di dalam iman kepada Allah sumber segala berkat. Dengan demikian, ketika kita memberi persembahan, itu bukanlah beban, melainkan wujud tanggung jawab iman kita kepada Allah, karena Dialah yang telah mencurahkan berkat lewat usaha, kerja bahkan pelayanan kita. Sehingga yang terbaik dari hidup kitalah yang harus kita persembahkan. Amin.

 

5. Diskusi

 

5.1. Apakah Anda seseorang yang telaten dengan secara khusus mempersiapkan persembahan sejak jauh-jauh hari?

52. Bagaimana pengalamanmu ketika memberi persembahan, di tempat duduk atau ke depan Altar?

 

6.  Menyanyi BN HKBP No. 223: 1 ‘Ku Sembah Kau Tuhan As=Do 4/4

 

1.         ‘Ku sembah kau Tuhan, dengarkanlah. Nyatakan padaku, kehendak-Mu.

Kiranya kasihku, bertambah pada-Mu. Makin teguh, setiaku.

 

7.   Doa Syafaat

 

8.  Menyanyi BN HKBP No. 714: 1-2 Tuhan Kau Gembala Kami Es=Do 4/4 (Persembahan)

 

1.    Tuhan Kau gembala kami, pimpin kami domba-Mu.

B’rilah kami hati damai, menikmati rahmat-Mu.

Reff.:              Tuhan Yesus Jurus’lamat, gembalakan umat-Mu

                      Tuhan Yesus Jurus’lamat, gembalakan umat-Mu

 

2.     Tuhan gembala setia, sobat agung terdekat,

Jauhkanlah pencobaan, bawa orang yang sesat.

Reff.:              Tuhan Yesus Jurus’lamat, gembalakan umat-Mu

                      Tuhan Yesus Jurus’lamat, gembalakan umat-Mu.

 

9. Doa Bapa Kami - Berkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...