Jumat, 09 Februari 2018

RENUNGAN MINGGU ESTOMIHI 11 FEBRUARI 2018

Upah Untuk Sebuah Kesetiaan

(Kejadian 12:1-9)




Dalam kehidupan seorang yang beriman akan Kristus, kita sering diperhadapkan dengan berbagai kesulitan juga persoalan pilihan, khususnya apa yang menyangkut masa depan kita. Kita sering ragu dalam pengambilan keputusan, apalagi jika ada satu tawaran untuk memperoleh sesuatu yang belum pasti  tetapi kita harus meninggalkan semua apa yang sudah kita miliki.

Kita bingung sebab kita belum memiliki gambaran tentang apa yang akan kita hadapi, alami, yang terjadi di depan. Di sinilah dibutuhkan kepekaan dan keberanian untuk bersikap, keberanian akan sebuah keputusan, dengan segala resiko yang bakal kita hadapi. Juga dibutuhkan kepekaan iman untuk meminta petunjuk dan penyertaan Tuhan, apa yang seharusnya kita lakukan. Iman yang besar adalah merupakan pijakan dasar yang kokoh dalam diri kita untuk meyakini bahwa apapun yang akan Tuhan putuskan untuk kita lakukan adalah merupakan yang terbaik.

Jikalau kita lihat bagaimana Abram harus mengambil suatu keputusan yang sulit dalam kehidupannya dari sudut pandang kemanusiaan. Tuhan panggil Abram untuk meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan semua yang dia miliki, sahabat, rumah, harta, untuk berangkat ke suatu daerah yang dia sendiri tidak tahu. Akan tetapi apa keteladanan yang dapat kita lihat dari sikap karakter Abram? Dia sosok manusia berkarakter yang kuat dan kokoh, tidak goyah. Dia memilih untuk meninggalkan segala sesuatunya untuk sebuah kepengikutan dan ketaatan akan Allah. Dia tinggalkan semua apa yang telah ia miliki, kenyaman hidup. Boleh jadi panggilan atas dirinya membuat dia bingung untuk suatu keputusasn yang sulit. Namun dia lebih memilih taat akan perintah Tuhan dari pada mencintai apa yang telah dia miliki di dunia ini. Ia berangkat meninggalkan keluarga besarnya dan membiarkan dirinya dalam pimpinan Tuhan.

Iman Abram menjadi teladan bagi kita dalam hal iman dan ketaatan kepada Tuhan. Iman kita harus senantiasa kita latih untuk melakukan apa yang seolah-olah sangat mustahil, sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, (Luk 1:37); Allah mampu melakukan perkara besar yang tidak akan pernah dapat kita pikirkan dan lakukan, dan menolong kita untuk melakukannya, asal kita tetap yakin dan percaya kepadaNya. Jangan kita biarkan rasio (logika berfikir) kita memahami rancangan Tuhan, sebab iman bukanlah logika berfikir, tetapi iman adalah: Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat“ (Ibr. 11:1) dan oleh imannya, Abraham dibenarkan Tuhan. Amin. (HS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...