Jumat, 19 Februari 2016

RENUNGAN MINGGU REMINISCERE 21 FEBRUARI 2016

M e m b e r i    T e l a d a n 
  
 (Filipi 3: 17-4:1)



Seorang ibu membawa anaknya mendatangi majelis gerejanya yang dia kenal berwibawa, baik, sopan dan juga cerdas. Ibu ini bercerita bahwa anaknya suka sekali merokok di Kantin Sekolah pada saat jam istirahat sekolah. Untuk itu, dia minta bantuan bapak majelis tersebut supaya menasihati anaknya agar menghentikan kebiasaannya yang buruk itu. “Tunggulah dua minggu lagi, datanglah ke sini lagi sambil membawa anak ibu," jawab bapak majelis tersebut. Si ibu heran, mengapa harus menunggu dua minggu lagi. Bukankah bapak majelis ini bisa saja langsung memberi nasihat? Meski heran, si ibu menuruti saja.
Dua minggu kemudian, ibu dan anaknya datang. Si bapak majelis tersebut langsung menasihati anak itu. Sang ibu mengucapkan terimakasih. Sebelum pamit, ibu tersebut bertanya untuk mengobati rasa penasarannya mengapa dia harus menunggu dua minggu. "Selama dua minggu ini, saya berusaha menghilangkan kebiasaan buruk saya. Soalnya, saya juga gemar merokok saat istirahat kantor," jawab si bapak majelis.
Sebagian besar orang hidup melakukan sesuatu meniru perbuatan orang lain yaitu teman dekat, orang yang menjadi idola kita, orang tua dan sebagainya. Ada peribahasa yang  berbunyi  “monkey see - monkey do,”  maksudnya apa yang dilihat monyet itu yang dilakukan.  Biasanya meniru kejahatan itu dua kali lebih mudah dari berbuat baik. Amsal 13:20 “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.” Kita perlu bijaksana dalam bergaul.
Keberadaan orang Kristen di tengah dunia ini adalah untuk menjadi terang, garam. Menjadi terang berarti menjadi teladan dalam segala hal: perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian hidup. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengingatkan segenap jemaat di Filipi agar mereka mengikuti teladannya. Hati Paulus sangat sedih karena banyak orang yang hidupnya menjadi seteru salib Kristus, meremehkan pengorbanan-Nya di kayu salib dan lebih memilih hidup menurut hawa nafsu, "...pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi." (Fil. 3:19).
Apa yang perlu diteladani dari Paulus? Kehidupan Paulus sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus sehingga ia benar-benar mengerti bahwa keberadaan hidupnya untuk Tuhan. Paulus tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Yang dipikirkan hanyalah bagaimana ia bisa memuliakan Nama Kristus yang telah mati bagi dirinya, baik melalui kehidupan maupun kematiannya. 
Paulus menyuruh orang Filipi untuk mengikuti teladannya, sebelumnya dalam Filipi 2:5 dst, ia sudah lebih dulu menyuruh mereka untuk mengikuti teladan Kristus. Jadi, jelaslah bahwa teladan yang tertinggi dan yang sebenarnya adalah Kristus! Paulus boleh kita jadikan teladan, karena ia mengikuti Kristus (1Kor. 11:1). "In us - without Christ - there is nothing good to imitate; only what is in us of Christ is worth imitating" (di dalam kita - tanpa/ terpisah dari Kristus - tidak ada sesuatu yang baik untuk ditiru; hanya apa yang ada dalam kita yang dari Kristus yang layak ditiru). Selamat hari Minggu.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...