Sabtu, 17 Oktober 2015

RENUNGAN MINGGU XX SETELAH TRINITATIS 18 OKTOBER 2015



Ketika Allah Mengungkapkan Perasaan
(Yeremia 8:4-7)



“Ala bisa karena biasa,” demikian ungkapan sederhana sarat makna. Begitu besarnya pengaruh kebiasaan membuat para psikolog tiba pada pendapat bahwa kebiasaan menjadi sifat, sifat menjadi watak, watak menjadi kepribadian, dan kepribadian membentuk karakter. Boleh dikatakan, jika seseorang membiasakan hidup baik, maka hal tersebut berdampak pada sifat, watak, kepribadian, dan karakter yang baik. Sebaliknya, jika seseorang membiasakan hidup buruk, maka hak itupun berdampak pada sifat, watak, kepribadian, dan karakter yang buruk pula.
Khotbah minggu ini berkisah tentang Allah yang mengekspresikan perasaan-perasaan-Nya terhadap umat-Nya. Ada nada kecewa, geram, murka, menyaksikan kebebalan umat-Nya sehingga membuat Allah berkata “Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali? (ay 4). Israel dihukum karena terbiasa “menduakan” (tidak suka setia kepada) Tuhan (3:20). Namun mereka membuat alasan bahwa malapetaka yang terjadi karena letak geografisnya yang terkepung dua kekuatan besar yaitu Mesir di Barat dan Asyur di Timur. Israel berupaya mengadu domba dua kekuatan tersebut. Karena gagal, Israel bersekutu dengan salah satu kekuatan. Mereka tidak mau mendengarkan Tuhan lagi (11:10) dan tidak menyesali kejahatannya (ay.7). 
Pertanyaannya adalah: Bagaimana mau bertobat jika tidak ada penyesalan? Bagaimana mau menyesal jika tidak ada kesadaran? Kalau kejahatan sudah menjadi kebiasaan dan kewajaran, mungkinkah ada penyesalan dan pertobatan? Kalau kesalahan tidak dianggap lagi sebagai kesalahan, kalau hidup kompromistis sudah dianggap sebagai kebenaran, maka harapan perubahan masih jauh dari kenyataan. Pada suatu ketika, di sebuah rumah, seorang bapak seperti mendengar suara anjing sedang menggonggong di halaman rumahnya. Ketika ia membuka pintu rumahnya, tampaklah seekor anjing besar berwarna coklat kehitaman, langsung mendesak masuk ke dalam rumah. Anjing tersebut kelihatan sangat senang, berkali-kali seakan rumah itu tidak asing lagi baginya. Si Bapak sangat terkejut melihat tingkah laku anjing tersebut. Dengan seksama, dia memperhatikan anjing tersebut dengan foto anjing mereka. Akhirnya dia sadar bahwa itu adalah anjingnya yang hilang dulu. Anjing tersebut kembali ke rumah majikannya setelah 8 tahun menghilang. 
Kita sungguh takjub menyaksikan pemberian Tuhan terhadap binatang-binatang. Dengan naluri atau instinknya, mereka dapat pulang kembali ke rumah pemiliknya. Tidak demikian halnya dengan manusia. Dengan kekuatannya, manusia tidak dapat terbebas dari dosa. Mari datang pada-Nya. Mintalah belas kasihan-Nya. Dari kejauhan terdengar lagu “…datang saja pada Yesus, kini saatnya. Datang saja pada Yesus t”rima rahmat-Nya.” Selamat hari Minggu. Selamat beribadah. Pegang teguh janji Tuhan! 
                                                   Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...