DIBERKATI
UNTUK MENJADI BERKAT
(Kejadian 12:
1-9)
Seorang pengembara dan seorang pemilik
modal atau tuan tanah tentulah memiliki cara pandang yang berbeda terhadap
kehidupan. Katakanlah dalam sebuah perjalanan panjang yang melelahkan dan lama,
mereka bepergian bersama-sama. Di tengah jalan, keduanya kehilangan arah jalan
dan tersesat. Si pengembara yang terbiasa meninggalkan apapun miliknya di rumah,
tentu tidak perlu merasa kuatir. Sedangkan si pemilik modal atau tuan tanah
yang terbiasa dilayani dan mengawasi bisnisnya, akan merasa gelisah, tertekan,
kuatir memikirkan kelangsungan bisnis dan harta kekayaannya.
Ketika Abram dipanggil untuk pergi ke tempat asing yang
tidak diketahui arah tujuannya, dia pergi dengan tenang. Mengapa? Dia memiliki
mental pengembara. Walau sebenarnya pada saat Abram dipanggil, ia telah hidup
nyaman dan kaya di kampung halamannya. Penulis kitab Ibrani mencatatkan “Karena iman Abraham taat, ketika ia
dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik
pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” (Ibrani
11:8). Janji Allah untuk memberkati Abram dan menjadikannya berkat merupakan
bagian yang utuh dari panggilan Allah kepada Abram. Karena itu, janji berkat
Tuhan dalam rangka menjadikan Abram berkat buat yang lain, tidak bisa
dipisahkan dari konteks pergumulan Abram yang harus keluar dari rumah bapanya
yang nyaman duniawi.
Yesus berkata, “Banyak
yang dipanggil, namun sedikit saja yang dipilih” (Matius 22:14). Hanya
orang-orang yang dipanggil secara efektual, seperti Abraham, akan menjadi
bagian dari “bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (I Petrus 2:9).
Seperti Abraham, menjadi berkat pada dasarnya adalah
sebuah respons iman atas panggilan Allah dan sekaligus tindakan untuk berani
keluar dari zona aman dunia, berpindah ke zona aman di dalam Tuhan. Merespons
panggilan Allah untuk menjadi berkat di tengah kehidupan, berbeda cara hidupnya
dan cara bertindaknya, karena orang yang merespons panggilan Tuhan, selalu
mendahulukan kehendak Tuhan di dalam hidupnya.
Menjadi berkat adalah taat untuk pergi melakukan
kehendak Tuhan! Bukan sekadar memberikan kata-kata atau dana, tetapi memberikan
waktu dan tenaga, pikiran segenap perhatian. Milikilah mental pengembara yang
senantiasa menggantungkan hidupnya sepenuhnya hanya kepada Tuhan. Bersediakah
kita menjadi berkat dalam konteks seperti itu? Amin. Selamat hari Minggu! (NS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar