Hidup yang Diselamatkan
(Yesaya 55: 1-9)
Sepenggal lirik lagu pernah bertutur merdu “Biar sangkarku terbuat dari emas, lebih baik ‘ku hidup di hutan luas.”
Hidup terbuang tidaklah menyenangkan. Hal yang sama dialami Israel terbuang
selama 70 tahun karena “menduakan” Allah.
Sekalipun mereka masih diberi kesempatan untuk bekerja dan beribadah di
pembuangan Babel, namun ada kehampaan dalam hati mereka. Beban berat karena
hidup dalam pembuangan harus mereka pikul. Sebagian di antara mereka telah
putus asa, sebagian lagi masih berupaya merancang kebebasan menurut pikirannya
sendiri.
Namun Allah berkata, “Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku
dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (ay. 8-9). Allah sendiri
yang merancang pembebasan bagi umat-Nya dari Babel. Bukan dengan uang tetapi
dengan tangan-Nya yang kuat. Keselamatan itu adalah rancangan Allah.
Menyadari kasih karunia Allah yang menyelamatkan itu, melalui
Yesaya, Allah mengundang umat agar datang kepada-Nya untuk menerima air,
gandum, anggur dan susu yang merupakan simbol keselamatan (ay. 1). Selain itu,
umat juga diundang untuk mendengarkan dan mencari Allah dengan sungguh-sungguh
(ay 2,6) serta meninggalkan rancangan-rancangan sia-sia (ay. 7) agar mereka
hidup. Dengan sikap hidup demikian banyak orang yang semakin mendekat kepada
Allah (ay. 5).
Ada sebuah kisah bertutur lidah. Di suatu waktu, seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang
pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bias
diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata: “Hanya percaya
dan saya selamat? Kok gampang sekali?”. Penginjil itu lalu bertanya: “Di mana
kamu bekerja?”. Pekerja tambang itu menjawab: “Puluhan atau bahkan ratusan
meter di bawah permukaaan tanah”. Penginjil itu bertanya lagi: “Wah itu tentu
sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas”. Pekerja itu
menjawab: “Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang
sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu untuk membawa saya
naik atau turun”. Lalu penginjil itu berkata: “sama seperti perusahaanmu sudah
bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya,
demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib
untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal
gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus/percaya kepada Yesus, dan Yesus
akan mengangkat kamu ke surga!”.
Jemaat Kristus yang sedang menapaki Tahun Keluarga HKBP 2016 di
minggu Okuli ini, kisah di atas mengingatkan kita tentang ungkapan seorang
matematikawan dan filsuf abad ke-17, Balise Pascal, yang masih relevan hingga
kini. “Ada sebuah ruang kosong dalam hati
manusia yang tidak mungkin dapat diisi oleh apapun kecuali oleh Tuhan Sang
Pencipta.” Hal ini, karena memperhatikan tubuh dan karier kita saja tidak
akan memberikan kepuasan dalam hidup. Karena itu, seperti yang dikatakan oleh
Billy Graham, Tuhan sudah memberi kita tangan untuk menerima dan memberi. Kita
bukanlah waduk yang diciptakan untuk menampung; kita adalah saluran yang
diciptakan untuk berbagi. Mereka yang berbagi dengan suka cita, akan menemukan
kebahagiaan saat menjadi berkat bagi semua. Selamat beribadah. Selamat Hari
Minggu. Pegang teguh janji Tuhan!.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar