Nafas Kita
Pujian Bagi Nama Tuhan
(Mazmur
150: 1-6)
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat
menghasilkan irama. Adapun jenis alat musik tersebut
dikategorikan Aerophone: kelompok
alat musik tiup; Idiophone: kelompok
alat musik menggunakan getaran dengan cara ditepuk, dipukul atau digoyang; dan Membranophone: kelompok alat musik membrane
dengan cara dipukul atau tabuh. Chordophone: kelompok alat musik memiliki sumber bunyi berupa dawai yang dibentangkan secara kuat antara
dua titik tertentu.
Dalam Perjanjian Lama, berawal dari Yubal (keturunan
Kain) bapa semua yang memainkan kecapi dan suling (Kej 4:21), bernyanyi
diiringi alat-alat musik untuk memuji Tuhan telah menjadi tradisi keagamaan umat
Tuhan dalam mengungkapkan isi hati, perasaan dan iman kepada Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru para rasul pun menganjurkan
menyanyi memuji Tuhan. Misalnya, oleh Paulus kepada jemaat di Efesus dan Kolose
(Ef 5:19; Kol 3:16) agar mengajar dan menegur satu kepada yang lain dengan
mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani, serta bersorak bagi Tuhan dengan
segenap hati. Matius 26:30 mencatatkan apa yang dilakukan oleh Yesus, “Sesudah
menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit
Zaitun”. Dalam Perjanjian
Lama dan perjanjian Baru, orang-orang yang sudah mengalami anugerah pengampunan
dan pemulihan Tuhan, mampu menyanyi bagi Tuhan.
Tuhanlah
satu-satunya yang layak dipuji karena Dia-lah yang bertakhta di dalam
cakrawala-Nya yang kuat, dengan segala keperkasaan-Nya, dan kebesaran-Nya yang
hebat (ay 1-2). Artinya, semua pujian, ratap tangis, permohonan dan
keputusasaan yang disampaikan dalam mazmur-mazmur yang lampau, dan nyanyian orang
percaya tidaklah sia-sia. Dia mendengar dari tempat kudus-Nya untuk menjawab
semuanya dengan kasih dan kuasa-Nya. Oleh sebab itu, hendaklah pujian yang
dikumandangkan bagi-Nya tidak boleh tanggung-tanggung. Segenap umat bernyanyi
sepenuh hati seperti orkestra, semua jenis suara, jenis peralatan musik harus
dipadukan untuk menyanyikan kemegahan-Nya (ay 3-5). Bunyian, irama dan gerakan
tarian pun harus mengekspresikan rasa syukur (ay 4). Jauh lebih penting “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!” (ay
6).
Mazmur
150 ini yang diawali dan diakhiri dengan seruan "Pujilah Tuhan" Dari
bahasa Ibrani "HALELUYAH" dari 2 kata: "HALELU” dan “YAH":
"HALELU", "Pujilah", Pujian yang ditujukan kepada “YAH" (TUHAN). "YÂH", dari kata
"YHWH" (TUHAN). Kata
"HALELU" dari kata "HALAL", "memuji".
Jadi perkataan "HALELU-YAH" singkatan dari: “HALELU ET-YAHWEH”
(PUJILAH TUHAN: Lih; Maz 117:1 Pujilah
TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!). Umat
diajak untuk memuji Tuhan diiringi segala macam alat musik. Semua bernafas
diajak untuk menggabungkan diri dengan pujian umat itu. Biarlah segala yang
bernafas karena TUHAN-lah sumber nafas kehidupan (Kej. 2:7). Bukan hanya para
imam dan orang-orang suku Lewi; melainkan seluruh makhluk ciptaan-Nya dari
segala zaman dan tempat, bergabung dalam paduan suara besar yang terdiri atas
kelompok-kelompok paduan suara ini, bernyanyi Haleluya, Pujilah Allah.
(bnd. Wahyu 19:1). Hendaklah segenap pikiran
kita menjadi Mazmur, menjadi doa menjadi persembahan kudus, dan nafas kita
menjadi pujian bagi nama Tuhan. Selamat hari Minggu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar