Memaknai
Sebuah Pekerjaan
(Kolose 3:22-25)
Pelanggaran hak asasi manusia sering terjadi dari
kalangan atas ke kalangan bawah, majikan terhadap pekerjanya. Hal itu bisa
terjadi tergantung bagaimana cara pandang/sikap seorang atasan/majikan terhadap
bawahannya/karyawannya. Ada kalanya seorang majikan, menempatkan pekerjanya
seperti “barang/objek” yang dapat dipermainkan sesuka hati, sehingga tidak
mampu melihat mereka sebagai sesama. Menjadikan tuan bagi karyawannya, bukan
sebagai penolong atau pelindung atau pengayom.
Dalam hal ini Paulus mengajarkan sebuah etika kerja
yang dapat membangun etika moral, membangun kepedulian dan tanggung jawab, baik
tanggung jawab atas sebuah pekerjaan/kesempatan ataupun tanggung jawab sebagai
majikan. Sebagai bawahan, seseorang pekerja harus memiliki tanggung jawab,
setia, ketulusan dan kesungguhan bekerja. Bekerja atas keasadaran dan tanggung
jawab moral sehingga selalu memikirkan apa dan bagaimana hasil yang terbaik
yang dapat dia lakukan, bukan karena diawasi, diperintah, dan setiap orang yang
takut akan Tuhan (yang percaya akan Yesus) akan melakukan pekerjaannya karena
dasar imannya akan Yesus (takut akan Tuhan).
Sebuah hubungan yang baik, relasi yang baik antara
majikan dan bawahan, jikalau masing-masing memahami dan melakukan apa yang
menjadi tanggung jawab masing-masing. Majikan bekerja dengan baik dan majikan
melakukan kewajibannya sebagaimana mestinya; seperti manghargai pekerjanya
sebagai sesama, tidak berlaku curang atau sesuka hati, dan mampu belajar
memahami kondisi/psikologi para pekerjanya. Majikan tidak boleh menahan upah,
apalagi tidak membayarnya sama sekali, tidak boleh melecehkan pekerjanya, sebab
itu merupakan pelanggaran akan ketentuan firman Allah. Dalam pemahaman etika
Kristen tentang hubungan pekerja dengan majikan adalah di mana bawahan atau
majikan sama-sama memiliki tanggung jawab moral, dan sama-sama akan
mempertanggungjawabkan apa yang dikerjakan/dilakukan kepada Tuhan yang adalah tuan
di atas segala tuan. Tidak ada alasan bagi kita untuk hidup sesuka hati, bebas
tanpa ikatan, tanpa ketaatan dan kesetiaan, tanpa tanggung jawab; tetapi kita
semua memiliki kebebasan untuk berbuat kebaikan, bekerja dengan sungguh dan
saling menghargai satu dengan yang lain, itulah kebebasan yang dimerdekakan
oleh Tuhan. Bekerja buat Tuhan dan buat orang lain. Bekerja demi kesejahteraan
diri, orang banyak, kesukaan bagi majikan, dan terutama buat Tuhan. Tuhanlah
“majikan” kita dan kita adalah “pekerja”, berarti apa yang kita akan kerjakan
dan tengah kita kerjakan hanyalah untuk kemuliaan Tuhan dan mendatangkan
sejahtera bagi kita dan orang lain. Amin. Selamat hari Minggu. (HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar