HIDUP DALAM KASIH SETIA TUHAN
(Mazmur
106: 1-5)
“Amor
non Amatur.” Kasih yang tidak ditanggapi dengan kasih, menyebabkan
Fransiskus menjadi sedih dan menangis. Terinspirasi dari kata-kata Santo (St)
Fransiskus Asisi “Deus et Omnia”, “Allah adalah kasih”. Hal ini menunjukkan
betapa sempurnanya Kasih Allah kepada manusia.
Ternyata
tidak selalu mudah untuk bersikap setia dalam relasi perjanjian baik antara
manusia maupun dengan Tuhan Allah. Selalu ada pelbagai macam alasan untuk
melanggar relasi perjanjian itu; selalu ada banyak alasan untuk tidak setia
dalam perjanjian. Bahkan berani berkelakar “Perjanjian dan hukum dibuat untuk
dilanggar.”
Dalam
relasi perjanjian antara Tuhan Allah dan umat-Nya Israel, Tuhan Allah sudah
memberikan meterai kasih setia-Nya pada perjanjian itu. Meterai adalah
jaminan kepastian bahwa perjanjian itu tidak akan pernah batal lagi dari pihak Yuhan
sendiri. Tetapi kasih setia Tuhan itu tidak selalu ditanggapi umat-Nya dengan
tanggapan yang sepatutnya. Umat Israel menanggapi kasih setia Tuhan dengan
tegar tengkuk, hati yang keras, dan membatu.
Mazmur
ini kiranya dengan tepat dan padat mengungkapkan ide bahwa kasih setia Allah tidak
pernah berubah kepada umat-Nya Israel walaupun umat-Nya itu berubah-ubah. Mereka
dengan mudah mrlupakan kebaikan dan kasih setia Tuhan, mereka durhaka. Namun
kasih setia Tuhan akhirnya muncul lagi di tengah derita umat Israel yang
berteriak minta tolong.
Mazmur
ini adalah salah satu Mazmur hallel yang terkenal, diawali dan
diakhiri dengan seruan haleluya (Pujilah Tuhan!) Kita diajak untuk
memuji dan memuliakan Tuhan karena kita sadar akan kebaikan Tuhan, dan akan
kasih setia-Nya yang kekal abadi. Campur tangan Tuhan dalam perjalanan sejarah membuat
Israel akhirnya bermuara pada sikap beriman dan percaya kepada Tuhan, Dialah
yang melakukan semua itu. Dan kasih-Nya tidak pernah berubah, Tuhan itu terpuji
untuk selama-lamanya!
D |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar