RENUNGAN MINGGU SEPTUAGESIMA
Hingga kini, anak lelaki Indian Merah pergi mengasingkan diri untuk mempersiapkan masa dewasa mereka. Konon dahulu kala ada seorang pemuda Indian Merah mendaki sebuah gunung yang tinggi. Tujuannnya untuk menguji kejantanannya. Ia melilitkan selimutnya pada bahunya dan mendaki gunung itu. Ketika tiba di puncak, ia merasa seakan-akan berdiri di tepi dunia. Ia bangga sekali. Kemudian ia mendengar suatu suara gemeresik di sekitar kakinya, dan ketika melirik ke kakinya, ia melihat seekor ular berbisa. Ia berusaha menghindar, tetapi sebelum menghindar, ular itu berkata kepadanya, “Aku sangat lapar dan akan mati kedinginan disini. Masukkan saya ke dalam bajumu dan bawalah aku ke lembah”. “Tidak” sahut pemuda. “Aku tahu engkau berbisa. Jika aku membawamu, engkau akan memagut aku, dan bisamu akan menewaskan aku”. “Tidak mungkin”, sahut si ular. “Aku akan memperlakukan engkau secara khusus. Jika engkau melakukan bagiku apa yang kuminta, engkau akan menjadi istimewa bagiku. Aku tidak akan melukai engkau”. Beberapa saat pemuda itu menolak. Namun ular itu sangat memikat hatinya dan bujuk rayunya meyakinkan. Ia pun memungut ular itu dan menyelipkannya ke dalam bajunya.
Ketika pemuda tiba di lembah, ia mengeluarkan ular itu dari bajunya dan dengan lembut membaringkannya di atas rumput. Tiba tiba ular itu melompat serta memagut kaki pemuda itu. “Engkau sudah berjanji. Engkau sudah berjanji….”, keluh si pemuda. “Engkau juga sudah tahu sifatku sebelum engkau menjamah aku”, jawab ular itu seraya menyelinap pergi. Kini secara turun temurun, suku Indian Merah menceritakan kisah ini kepada kaum mudanya, supaya jangan tergoda dengan narkotik dan minuman ber-alkohol. Kepada para pemuda diucapkan kembali katakata ular berbisa, “Engkau sudah tahu sifatku sebelum engkau menjamah aku”.
Demikian halnya nats kotbah hari ini, Ulangan 30:15-20. Dalam perikope ini Tuhan menyampaikan pilihan: Kehidupan/keberuntungan atau kematian/kebinasaan. Bila bangsa Israel mengasihi Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dan lanjut umurnya di tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Tetapi jika hati mereka berpaling dari Tuhan Allah, tidak mau mendengar bahkan mau disesatkan untuk sembah sujud kepada allah lain, mereka akan binasa.
Pilihan itu disampaikan kepada mereka, karena tidak lama lagi mereka akan tinggal di tanah perjanjian. Sebentar lagi hidup mereka akan berubah dari orang nomaden, yang berpindah pindah, orang yang tidak memiliki tanah menjadi orang yang memiliki tanah. Di tanah perjanjian itu mereka akan hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa yang tidak seiman dengan mereka. Menghadapi tantangan itulah mereka dinasehati supaya menentukan pilihan: Kehidupan/keberuntungan atau kematian/kebinasaan. Mereka sudah menikmati kehidupan dan keberuntungan apabila setia kepada Tuhan Allah. Mereka sudah merasakan kematian dan kebinasaan, ketika mereka berpaling dari Tuhan Allah; namun mereka sering memilih jalan kematian dan kebinasaan.
Kita sudah menikmati kehidupan dan keberuntungan ketika kita setia kepada Tuhan; dan kita sudah melihat penderitaan, kebinasaan dari orang yang berpaling dari Tuhan; namun kita masih sering berpaling dari Tuhan dan mendengar bisikan dunia. Kita sudah melihat kebinasaan dan penderitaan orang yang berpaling dari Tuhan, namun masih banyak orang percaya yang terpengaruh melakukan kejahatan, korupsi, mengkonsumsi narkoba dan perbuatan tercela kita sudah tahu bahwa melakukan dosa adalah kebinasaan, namun kita masih doyan melakukan dosa dan kejahatan. Maka pilihlah jalan kehidupan dan keberuntungan, yaitu mengasihi dan setia kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar