HIDUPLAH
DALAM
KEADILAN DAN KESETIAAN
(Mikha 6: 6-8)
Sejak zaman Perjanjian Lama telah terjadi
penyimpangan-penyimpangan, kepura-puraan, kemunafikan bahkan penyelewengan
dalam ritual keagamaan. Ibadah yang dilakukan dengan kepura-puraan telah merusak
arti hakiki ibadah sesungguhnya. Nabi Mikha tampil membawa pesan Allah dengan
kritik yang tajam terhadap kehidupan keagamaan seperti itu.
Firman Tuhan Mikha 6: 6-8 tentang seseorang yang akan pergi menghadap TUHAN dan menyembah Allah yang Maha Tinggi (ay.6). Tentunya semua orang yang beragama
mengharapkan TUHAN yang ia sembah memberikan berkat-Nya kepada mereka. Namun orang ini berpikir, dengan apa
ia akan pergi menghadap TUHAN? Apakah cukup dengan membawa korban bakaran berupa lembu
atau domba? Ia berpikir, apakah TUHAN akan lebih berkenan kepadanya dan akan lebih mengabulkan
doanya, jika ia mempersembahkan ribuan domba jantan dan puluhan
ribu curahan minyak (ay.7a)? Lebih ekstrim lagi, jika TUHAN memang adalah TUHAN yang berkenan kepada korban-korban, pasti TUHAN akan mengampuni dosa-dosanya jika ia mempersembahkan atau mengorbankan anaknya sendiri (ay.7b).
Hal ini merupakan pandangan yang salah yang dianut oleh
kebanyakan bangsa Israel pada saat itu. Mereka tahu bahwa TUHAN Allah mereka adalah Allah yang luar biasa dashyat dan
perkasa. Percaya kepada TUHAN, mencampurkan ajaran Taurat yang diajarkan Musa dengan
penyembahan dewa-dewa di Kanaan, adalah dosa. Misalnya dewa Molokh, di mana salah satu ajarannya adalah membuat bukit-bukit
pengorbanan, dan mempersembahkan anak-anak mereka kepada
dewa ini. Mereka
berpendapat bahwa semakin besar “kualitas atau harga” korban yang
dipersembahkan, maka semakin banyak juga berkat yang akan diterima. Padahal TUHAN sendiri berkata bahwa TUHAN tidak pernah memerintahkan hal tersebut (Yer.32:35).
Lalu bagaimana seharusnya kita beribadah kepada TUHAN? Apakah berarti kita tidak perlu mempersembahkan sesuatu
kepada TUHAN? Apakah kita tidak perlu memberi kolekte, perpuluhan,
dan persembahan-persembahan lainnya ke gereja? Bukan seperti itu! Kita wajib memberi apa yang seharusnya kita beri kepada TUHAN. Persembahan ibadah minggu,
persembahan Kebaktian Wijk, persembahan ibadah Sermon, dan sebagainya. Dan ketika kita memberi persembahan,
haruslah
dengan motivasi
yang benar. Yaitu mempersembahkan diri kita dan kehidupan kita kepada TUHAN, dengan melakukan apa yang TUHAN mau, tunduk dan taat kepada kehendak-Nya, hidup dalam keadilan dan kesetiaan. Itulah persembahan yang sejati (Rm 12:1).
Selamat hari Minggu!
Amin. (NS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar