Perubahan
Untuk Sebuah Kehidupan Baru
(Yesaya 64:
1 -9)
Ir.
Soekarno pernah berkata dalam pidatonya: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah“ yang terkenal dengan
istilah JAS MERAH. Dalam pidatonya, beliau mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk tetap
mengingat apa peristiwa yang pernah dialami, seperti penderitaan karena
penjajahan, perpecahan di antara sesama anak bangsa, perjuangan anak bangsa
untuk merebut kemerdekaan dan banyak lagi peristiwa sejarah bangsa ini. Tentu semuanya bertujuan, bagaimana supaya seluruh
komponen bangsa ini mampu membangun kesehatian untuk melihat arah serta
perjuangan untuk merebut kemerdekaan, membangun orientasi bersama akan tujuan
bangsa menuju negara yang adil, makmur dan sejahtera, tentu dengan kerja keras
mengisi kemerdekaan, bekerja keras untuk mengubah pola pikir dari orang
terjajah menjadi yang mandiri dan membebaskan setelah memperoleh kemerdekaannya.
Pengalaman
hidup juga akan dapat merubah pemahaman seseorang dalam memaknai setiap apa
yang pernah dia alami, terlebih jikalau seseorang menyadari apa dampak sebuah
kesalahan yang pernah dia lakukan dalam kehidupannya, seperti penderitaan,
kegagalan, kemiskinan
dll. Kesadaran akan kegagalan itu boleh jadi akan membentuk kepribadian yang
berpengharapan, yang mau berubah dan diubah. Terkadang keadaan hidup yang
tengah kita hadapi sebagai dampak perilaku kita membawa kita untuk membuka
diri kepada orang lain, mengalahkan ego, terutama kemauan untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan.
Bangsa Israel setelah mereka kembali dari
pembuangan Babel, mereka menyadari akan ketidakberdayaan mereka dalam
menentukan hidup, mereka menyadari akan dampak setiap pemberontakan mereka
kepada Tuhan. Mereka terbuang, mereka terpisah dari anugerah Allah, hubungan
mereka telah mereka rusak dengan kenajisan, kemunafikan ibadah yang mereka
pertontonkan, kenajisan yang tidak dapat dibersihkan dengan usaha kesalehan
sekalipun. Perbuatan jahat mereka membuat kedudukan mereka lemah, tidak ubahnya
selembar daun kering yang mudah diterbangkan angin (ay. 6).
Dalam hal ini Yesaya menyerukan pertobatan, Yesaya mengajak umat Israel untuk
kembali mengingat Tuhan yang telah melakukan perkara besar dalam kehidupan
nenek moyang mereka, sebab hanya dengan pertobatan, dengan kembalinya kepada
Tuhan, Allah akan memulihkan keadaan umat-Nya, kesadaran dan pertobatan itu
akan menumbuhkan kembali kerinduan untuk memiliki hubungan yang dipulihkan
dengan Tuhan (ay. 8).
Tidak
ada hal yang lebih mengerikan dalam hidup daripada kehilangan hadirat Allah.
Bagi umat percaya, persekutuan dengan Allah akan melahirkan kedamaian hidup,
sukacita, karena dia dapat menikmati anugerah Allah, yang tidak dapat
tergantikan oleh apa pun. Pertobatan kita yang sungguh-sungguh
adalah sebagai bukti bahwa kita adalah milik-Nya, umat tebusan-Nya, Tuhan tidak
pernah menolak siapapun yang datang kepada-Nya, termasuk pendosa yang mau
datang kepada-Nya, Tuhan Yesus mau memulihkannya dan menjadikannya baru.
Pengakuan iman akan Tuhan membawa kita kepada penyerahan diri keberanian untuk
menerima anugerah
pengampunan-Nya (ay. 8-9): ”Tetapi
sekarang, Ya Tuhan, Engkaulah Bapa kami, kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami
dan kami sekalian adalah buatan tangan-MU… sesungguhnya pandanglah kiranya, kami sekalian
adalah umat-Nya.
(HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar