Sebuah Pertanggungjawaban Moral
(Mika 3:5-12)
Kemajuan
dan kesejahteraan suatu bangsa ditentukan oleh karakter moral para pemimpinnya,
jikalau pemimpin itu lebih memikirkan dan mengutamakan kesejahteraan dan
kemajuan rakyatnya, dia akan berusaha untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan
pemerintahan yang lebih
berpihak kepada rakyat. Dia tidak akan segan-segan menegor para bawahannya jikalau ketahuan
berbuat kesalahan. Memang ada kecenderungan manusia menyalahgunakan kesempatan
dan wewenang yang dia miliki, sebab banyak cobaan baik dari segi materi, untuk
memperkaya diri, dan mencari ketenaran. Ketika seorang pemimpin tidak mempunyai
karakter moral yang baik, yang jujur, maka dia akan tergoda untuk segala
keindahan, keuntungan dunia ini, sehingga melakukan berbagai cara untuk
memenuhi ambisi dan keserakahannya, apalagi jikalau dia tidak membangun
karakter iman dan spiritualitasnya
yang benar.
Demikian
juga dengan kemajuan sebuah gereja juga banyak ditentukan oleh para pelayannya.
Jikalau para pelayan mengutamakan pelayanan di tengah jemaat tanpa harus
mengutamakan keuntungan (dalam hal nama, uang, pengaruh dll.) dia
akan melayankan Firman Allah dengan baik dan benar juga kepada semua orang
tanpa harus membeda-bedakan status sosial umat yang dilayaninya.
Hal
itulah yang diingatkan oleh Nabi Mikha, ketika dia melihat
kejahatan moral para pemimpin bangsa juga para pepimpin spiritualitas (nabi dan
imam); dimana mereka berlomba mencari keuntungan diri, memeras umat dan bahkan
menindas mereka. Para
pengajar akan mengajar kalau ada uang, penegak hukum menegakkan keadilan
jikalau ada uang, juga para nabi palsu bernubuat untuk menyenangkan
hati raja. Mereka mencintai kejahatan, menolak keadilan dan kebenaran. Di satu sisi mereka menolak
keadilan dan kebenaran Tuhan dan disisi lain mereka meminta perlindungan dan
pemeliharaan Tuhan. Kemunafikan iman dan moral yang mereka pertontonkan dengan
bangga, dan yang pasti Tuhan telah menolak mereka/memalingkan wajahNya dari
mereka. Dan yang paling parah semuanya mereka lakukan seolah-olah
Tuhan merestui, dengan berkata Tuhan tidak akan menghukum. Ketika seseorang
memanipulasi Firman Allah untuk kepentingan dan kejahatan mereka, yang pasti
Tuhan tidak akan tinggal diam. Yerusalem dan Bait Allah menjadi timbunan batu
dan hutan belantara, umat Israel terbuang ke Babel bersama para pemimpinnya.
Rakyat yang harus menderita akibat kejahatan moral para pemimpinnya. Untuk itu
tanggung jawab moral kita sebagai umat yang percaya akan Tuhan, adalah
mendoakan para pemimpin kita, agar mereka sadar akan tugas tanggung jawabnya,
dan mereka yang berjalan dalam kebenaran dikuatkan dan dimampukan menghadapi
segala tantangan yang mereka hadapi. Salam Reformasi.
Selamat Hari Minggu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar