Menerima Untuk Memberi
(2 Rajaraja 4:
42-44)
Di Palestina ada dua laut yang sangat berbeda. Yang satu dinamakan
laut Galilea, sebuah danau yang luas dengan air yang jernih dan bisa diminum.
Ikan dan manusia berenang dalam danau tersebut. Danau itu juga dikelilingi oleh
ladang dan kebun hijau. Banyak orang mendirikan rumah mereka di sekitarnya.
Yesus pun berlayar di danau itu beberapa kali. Laut yang lain dinamakan Laut
Mati, dan sungguh-sungguh sesuai dengan namanya, segala sesuatu yang ada di
dalamnya mati. Airnya sangat asin sehingga bila orang meminumnya orang itu bisa
sakit karenanya. Danau itu tidak ada ikannya. Tak ada sesuatu pun yang tumbuh
di tepiannya dan tak seorang pun ingin tinggal di sekitar danau itu karena
baunya yang tak sedap. Yang menarik tentang kedua laut itu adalah bahwa ada
satu sungai yang mengalir ke keduanya. Jadi apa yang membuat keduanya berbeda?
Bedanya adalah: Danau yang satu menerima dan memberi; sedangkan danau yang
satunya hanya menerima dan menyimpan. Sungai Yordan mengalir ke laut mati, namun tak
pernah keluar lagi. Laut mati secara egois menyimpan air sungai Yordan bagi
dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya mati. Karena laut itu hanya menerima dan tidak memberi.
Khotbah minggu ini
tentang bagaimana Allah memelihara umat-Nya dan abdi-Nya saat keadaan sulit. Karena
Tuhan sudah berjanji menguatkan dan menuntun orang percaya. Sebagaimana pada masa Yusuf (Kej.41:2), pada
zaman Klaudius (Kis.11:28), bahkan juga pada akhir zaman (Mat.24:7).
אֱלִישָׁע - ELISYA artinya “Allah ialah keselamatan”
atau “Allah itu Juruselamat”. Saat musim
paceklik seorang dari Baal-Salisa tempat
orang penyembah berhala, memberikan berupa dua puluh roti jelai serta gandum
baru dalam sebuah kantong kepada Elisa. Ini adalah soal iman (Bil.18:13; Ul.18:4-5). Elisa berhak dan bebas untuk menyimpannya bagi
dirinya sendiri, sebagai cadangan makanan selama beberapa hari. Tetapi dia
tidak memakai hak dan kebebasannya untuk kepentingannya sendiri. Elisa menyuruh
pembantunya untuk membagikannya kepada sepuluh orang yang sedang berkumpul. Dua puluh roti jelai, logika berkata, “Ini tidak cukup!” Benar,
secara matematis roti tersebut takkan cukup untuk kebutuhan 100 orang abdi
Allah. Namun, Elisa dengan iman menjawab, “berikanlah kepada mereka!” Mengapa
Elisa percaya? Karena imannya percaya kepada Tuhan, yang membebaskan dan
memelihara bahkan mencukupkan. Tuhan mencukupkan bahkan melimpahkan apa yang
mereka butuhkan pada saat musim kering. Elisa memperlihatkan hal berbagi, hal
perduli untuk kepentingan bersama, sebagaimana Allah perduli umat-Nya. Tak
diragukan kisah Elisa disempurnakan oleh Yesus, memberi makan lima ribu orang
dengan hanya lima ketul roti dan dua ekor ikan (Mat.14:13-21; Mrk.6:32-44; Luk.9:10-17; Yoh.6:1-21). Elisa
adalah Tipe Kristus di Perjanjian Lama.
Gereja terpanggil untuk berbagi dan perduli seperti Elisa, seperti
Kristus. Ketika rasa berbagi ada, di situ akan ada dan berproses suatu mujizat.
Tuhan memampukan gereja-Nya untuk melayani, sebagaimana Tuhan memampukan Elisa dan
memampukan Yesus dalam pelayanan-Nya. Gereja yang tidak berbagi akan seperti
laut mati, tidak ada ikannya. Tak ada sesuatu pun
yang tumbuh di tepiannya dan tak seorang pun ingin tinggal di sekitar danau itu
karena baunya yang tak sedap.
Jadilah
orang yang senang berbagi karena Allah sanggup melimpahkan segala kasih
karunia, supaya gereja-Nya senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan
malah berkelebihan. (2Kor.9:8). Amin.
Selamat Hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar