Tali Sipat Tuhan (Amos 7: 7-15)
B
|
eberapa pekerjaan seperti penambang, penyelam
atau prajurit perang merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi. Semua orang tahu
bahwa para pekerja seperti ini sedang meresikokan nyawanya. Pekerjaan melayani
Tuhan kelihatannya sama sekali tidak mengundang resiko. Seorang aktuaris atau
penaksir yang bekerja untuk syarikat asuransi akan menempatkan pekerjaan hamba
Tuhan sebagai pekerjaan yang paling rendah tingkat bahayanya. Namun pekerjaan
melayani Tuhan adalah pekerjaan yang paling berbahaya, seperti
domba ke tengah-tengah serigala (Mat. 10:16).
Ada tiga lembaga atau institusi pelayanan terpenting
dalam kehidupan umat Israel selaku bangsa pilihan Tuhan, yakni: (1). Raja, yang berfungsi selaku tangan
kanan Allah menjalankan kemauan Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. (2). Imam,
yang berfungsi sebagai perantara dari pihak manusia terhadap Allah dan bertugas
melayankan peribadahan dengan segenap unsur-unsurnya, seperti syafaat,
persembahan korban, dan sebagainya. (3). Nabi, yang berfungsi sebagai perantara
dari pihak Allah terhadap manusia dan bertugas membawakan firman dan kehendak
Tuhan yang bebas dan berwibawa kepada orang-orang sezamannya. Yang rutin
adalah raja dan imam, sedang nabi muncul sewaktu-waktu saja. Ketika raja atau
nabi atau kedua-duanya tidak berfungsi lagi sebagaimana layaknya, ketika raja
tidak bersikap lagi sebagai raja, dan imam tidak berlaku lagi sebagai imam,
pada waktu itulah Tuhan memunculkan seorang nabi untuk menyampaikan firman dan
kehendakNya, ancaman hukuman ataupun janji-janji-Nya. Kadang-kadang nabi
dipanggil dari kalangan imam, seperti Yehezkiel, namun lebih sering dari kaum
awam.
Nabi Amos misalnya, nabi dari warga biasa, seorang
peternak dan pemungut buah ara yang dipanggil Tuhan untuk mengingatkan umat
yang menyimpang agar kembali ke jalan yang lurus. Ia menegur keras Amazia, Israel dan dengan
berani menyampaikan berita penghakiman, penghukuman, dan keselamatan dari
Allah. Ia membedakan dirinya sepenuhnya dengan nabi-nabi bayaran yang ada waktu
itu. Amos tidak mengabdi dan dipanggil oleh raja. Otoritas pelayanannya berasal
dari Tuhan (Am 7:15-17). Ia menolak gaya hidup orang-orang kaya (Am. 3:10,12,15;5:11;6:4,8)
yang penuh dengan tindakan amoral dan tidak adil (Am. 2:6-7; 4:1;5:10-12;8:4-6).
Ia membuktikan keteguhan panggilan dan ketaatannya dengan meninggalkan profesi
dan seluruh miliknya sebagai pengusaha demi Allah, walaupun ia tahu benar bahwa
beritanya akan ditolak oleh kaum aristokrat Israel yang keras hati. Saat itu Yehuda
dan Israel mengalami masa keamanan politik. Dengan kondisi yang demikian mereka
berkesempatan menjadi kaya raya seperti mengulang masa Salomo. Namun kekayaan tersebut
mereka peroleh dengan menghalalkan segala cara, mengira bahwa situasi itu menunjukkan
Allah memberkati mereka. Melalui alat ukur Tali
Sipat Tuhan memperlihatkan kepada Amos, bahwa umat Tuhan sudah sangat
menyimpang dari yang semestinya. Amos sangat prihatin dengan situasi tersebut dengan
sangat gigih menyerukan agar umat Allah harus segera mencari Tuhan dan bertobat
agar mereka hidup (5:14,15).
Materialisme tentu bukan saja masalah masyarakat
Israel pada masa Amos, sebaliknya dapat dengan jelas kita lihat terjadi saat
ini. Gereja sebagai bagian dari masyarakat pun tampaknya tak jauh dari godaan materialisme
dan ketidakadilan. (Hamoraon dohot hasangapon tu diri na so marojahan tu hata ni Debata.
RPP HKBP II. b. Sijagahonon). Dengan demikian tentulah pesan Amos tak
hanya berbicara lantang kepada umat Allah di zamannya. Kegeraman hati Allah
yang pernah disampaikan Amos masih bergema bagi gereja Tuhan di zaman ini.
Firman Tuhan adalah Tali Sipat yang akan mengukur apakah kita masih lurus di hadapan
Tuhan atau tidak. Jangan pernah mengukur diri dengan ukuran diri sendiri karena
hanya akan menghasilkan ukuran yang salah dan kompromi. Pakailah ukuran Allah,
yaitu Firman Tuhan. Amin. Selamat Hari
Minggu.
Tali
Sipat adalah alat ukur atau alat penimbang yang gunanya untuk melihat apakah
sebuah bangunan tersebut lurus atau tidak. alat ini sangat penting karena akan
membantu mata kita yang terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar