Berhati Seperti
Hati-Nya
(Markus
6:30-34+53-56)
Hati Tuhan
digerakkan oleh belas kasihan. Ia berbelas kasih kepada murid-murid-Nya yang telah
menjalankan perintah-Nya (ay.30) dan yang kesulitan mendayung perahu karena
angin sakal (ay.48). Ia berbelas kasih kepada ribuan orang yang mengikuti-Nya
(ay.34,44). Hati-Nya juga tergerak oleh belas kasihan ketika melihat banyaknya
orang sakit yang memohon menjamah jumbai jubah-Nya (ay.56).
Kepada para murid
yang telah menjalankan perintah-Nya, Yesus mengajak mereka untuk retreat. Retreat ke daerah “yang sunyi,
supaya kita sendirian” untuk beristirahat (ay.31). Bukan ke pusat kota, tempat ramai atau mal
sehingga bisa ‘cuci mata’ (lihat yang segar-segar/baru-baru/discount), ‘cuci
telinga’ (dengar musik), dan ‘cuci kepala’ (creambath).
Perjalanan ke tempat yang sunyi adalah perjalanan menyapa hati yang jauh
tersembunyi dan terkadang tak terselami. Sapaan yang merenda hati sehingga berhati seperti hati-Nya yang digerakkan oleh
belas kasihan.
Yesus tidak menginginkan
orang Kristen menjadi ‘gila’ kerja apalagi yang tak mau (malas) bekerja. Dia menginginkan
ada ruang dan waktu bersama-sama orang percaya yang mendekatkan mereka dengan
Yesus, Sang Pemberi Misi. Ruang dan waktu yang mengisi dan menyegarkan kembali
semangat pelayanan ke depan. Ruang dan waktu untuk beristirahat sejenak merenungkan apa yang telah dikerjakan,
dan seterusnya, mengerjakan apa yang
telah direnungkan.
Ketika Yesus
melihat ribuan orang seperti domba yang tak bergembala, Ia mengajar banyak hal
kepada mereka. Pengajaran yang menanamkan dan menumbuhkan hati yang peduli.
Bahkan bukan hanya mendidik mereka melainkan juga memberi mereka makan. Yesus
sangat solider terhadap mereka. Apa yang diajarkan Yesus sepertinya
menginspirasi banyak orang di dunia ini. Seorang ayah bijaksana pernah
mengatakan pandangan dua tokoh ini: ‘The
highest education is that which does not merely give us information but
makes our life in harmony with all existence’ (Rabindranath Tagore) dan ‘The highest result of education is tolerance’
(Helen Keller). Pendidikan itu bukan untuk menumpuk informasi, bukan pula
menabur kebencian sehingga menuai dendam. Orang terdidik akan berjuang merajut kehidupan yang harmoni dan
toleransi.
Saat bertemu
orang sakit, hati-Nya tergerak menyembuhkan mereka. Mereka percaya, meskipun
hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja, mereka akan sembuh. Namun kesembuhan
bukan hanya kesembuhan pisik semata melainkan kesembuhan hati juga. Sehubungan
belum banyaknya dokter spesialis ‘sakit hati’, maka hati yang tersembuhkan oleh
belas kasih-Nya, akan menyembuhkan banyak hati yang terluka. Selamat beribadah.
Selamat hari minggu. Pegang teguh janji Tuhan!
Amin.
“Hati yang telah disentuh oleh hati-Nya akan bersegera merajut komunitas yang menyembuhkan
dan menumbuhkan dalam suasana harmoni dan toleransi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar