Diutus Menjadi Duta-duta Kesembuhan
(Markus 6:1-13)
Pepatah lama namun tetap bermakna pernah bertutur,
“Jangan menilai buku dari sampulnya.”
Banyak buku tua namun ternyata sarat makna. Sebaliknya ada buku yang sampulnya
bagus namun isinya tak seindah sampulnya. Tak jarang dunia ini pun melakukan
sikap yang sama: memperlakukan seseorang berdasarkan penilaian luar semata. Itu
merupakan ketidakadilan.
Tuhan Yesus, Juruselamat dunia, pernah
diperlakukan tidak adil. Orang-orang Nazaret, teman-teman-Nya bertumbuh,
menolak kehadiran Yesus hanya karena
status sosial-Nya. Meski diawalnya mereka sangat takjub ketika
mengetahui hikmat, mujizat, dan kuasa Yesus, namun semua itu berakhir menjadi
penolakan hanya karena “Bukankah Ia ini
tukang kayu…?” (ay.2). Penolakan itu disikapi Yesus dengan pernyataan, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali
di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya”
(ay.4).
Sekalipun Yesus ditolak, namun misi-Nya tetap
berjalan. Dia mengutus murid-murid-Nya berdua-dua dan memberi mereka kuasa
untuk mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit. Yesus memperlengkapi para
murid termasuk kesiapan jika mengalami penolakan. Penolakan tidak disikapi
dengan kekerasan melainkan peringatan “…keluarlah
dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka”
(ay.11). Tetapi bagi yang menerima kehadiran para murid, damai sejahtera akan
tinggal di dalam hidup mereka (bdk. Mat.10:14).
Saudara/i yang terkasih, betapa besarnya kasih
Tuhan Yesus itu. Meskipun penolakan itu sangat menyakitkan namun kasih-Nya
tetap berkelanjutan. Misi-Nya tidak terhenti hanya karena penolakan terjadi. Ketika
Yesus ditolak, Alkitab mencatat bahwa “Ia
tidak dapat melakukan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa
orang sakit…” (ay.5). Akan tetapi, ketika Dia mengutus para murid, yang
terjadi adalah “… mereka mengusir banyak
setan dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”
(ay.13). Luar biasa managemen konflik yang ditunjukkan Tuhan Yesus. Dia tidak
menyikapi penolakan dengan kekerasan kebencian, atau pun keputusasaan. Dia justru
mengutus para murid dan memperlengkapi mereka dengan kuasa. Ternyata dampaknya
luar biasa!
Sejarah mencatat bahwa gereja (orang percaya),
terkadang ditolak, terkadang pula diterima kehadirannya. Namun orang percaya
dipanggil sebagai duta-duta Kristus yang tetap setia menjadi penyembuh di
manapun berada. Itu juga yang disuarakan lagu “Utus kami menjadi saksi yang setia beriman, … Roh Kuduslah yang
mengurapi agar kami tetap tekun di dalam kasih melayani setiap orang berkeluh”
(KJ No. 429:3). Selamat hari minggu,Tuhan
Yesus memberkatimu. Amin.
“Orang percaya adalah garam dan
terang dunia untuk misi kesembuhan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar