“Poems for
Sunshine and Swadow”
bertutur
tentang harapan seorang pendeta:
Sang Pendeta
Kalau ia muda, ia kurang pengalaman
Tapi bila rambutnya beruban, ia
terlalu tua.
Kalau keluarganya besar, ia menjadi
beban jemaat
Bila tidak mempunyai anak, ia tidak
bisa diteladani.
Kalau sang istri berperan, dituduh
menonjolkan diri
Jika tidak berperan, tidak mendukung
pelayanan suami
Kalau khotbah sambil membaca sangat
membosankan
Kalau luar kepala, itu tandanya
tidak siap
Kalau berusaha melakukan
pembaharuan,
ia sewenang-wenang
kalau melanjutkan saja yang ada, ia
boneka.
Kalau khotbahnya banyak contoh, itu
kurang alkitabiah
Kalau tiada ilustrasi, khotbahnya
terlalu tinggi
Kalau ia gagal menyenangkan hati
seseorang
Itu berarti ia menyakiti hati
jemaatnya
Kalau ia berusaha menyenangkan hati
semua orang
Berarti ia penjilat
Kalau berterus terang dalam
kebenaran
Ia dianggap sengaja menyinggung
perasaan
Kalau tidak, ia dianggap pengecut
Kalau khotbahnya panjang, membuat
jemaat mengantuk
Kalau khotbahnya pendek, ia pendeta
pemalas
Ia harus bijak seperti burung hantu
Gagah berani laksana rajawali
Rendah hati bak merpati
Bersedia makan apa saja
Seperti burung kenari
Ia mesti seorang ekonom
Politikus pencari dana
Penasihat perkawinan
Bapak yang berwibawa
Sopir taksi yang ramah
Orator yang ulung
Dan gembala yang aktif
Ia mesti melawat semua orang yang
sakit,
Semua orang kawin dan semua orang
mati
Ia mesti bergaul dengan anak-anak,
Remaja, pemuda sampai orang tua.
Ia mesti pandai bicara dan menulis
Ia seorang pelayan yang harus mau
merendah
Sekaligus pemimpin yang berwibawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar