HIDUP
DALAM
PENYERTAAN TUHAN
(Kejadian 39: 1-10)
Ada orang yang mengajarkan bahwa kunci
keberhasilan; 50% berasal dari mental yang positif. 25% oleh kebiasaan
yang baik. Keahlian 15%. Ilmu Pengetahuan 10%. 100% persen keberhasilan
itu tergantung oleh kemampuan kita. Orang berpemahaman seperti ini sadar atau tidak, seringkali memiliki konsep, bahwa keberhasilan itu hanya oleh usaha sendiri tidak oleh campur tangan siapapun. Tidak adakah peran Tuhan di dalamnya?
Yusuf
anak emas di rumah Yakub, ayahnya (Kej.37). Saudara-saudaranya cemburu, ia dijual
sebagai budak kepada Potifar! Kejadian ini jelas merupakan hal yang sangat
berat bagi Yusuf. Yusuf mencurahkan isi hatinya kepada Allahnya. “Tuhan dekat
kepada semua orang yang berseru kepadanya”. (Maz.145:18). Tuhan menyertai
Yusuf. (ay.2). Anak muda ini tak mau putus asa, dan bertekad untuk bekerja
sebaik mungkin. Yusuf segera disukai majikannya yang baru. Potifar melihat
bahwa hambanya yang masih muda ini terus diberkati Tuhan, itu membuat keluarga
Potifar semakin makmur. Yusuf kian diperkenan oleh Potifar sampai-sampai ia
memercayakan semua miliknya kepada Yusuf (ay.3-6). Yusuf menjadi seorang pria makmur. (bahasa Ibrani ish matsliakh). Kebaikan Tuhan adalah sumber segala kemakmurannya. Demikianlah Yusuf, dulunya budak belian kemudian menjadi seorang pria yang makmur di rumah tuannya, orang Mesir.
Yusuf
pun tumbuh dewasa. Anak remaja itu kini menjadi pria yang ”tampan perawakannya
dan elok parasnya”. Yusuf sangat menghargai keloyalan; tapi istri Potifar
tidak. Karena itu semua, Yusuf segera menghadapi bahaya. Istri majikannya mulai
memandangi Yusuf dan berkata: “Tidurlah dengan aku.” (ay.7). Yusuf muda berkata
tidak dengan tegas. Istri Potifar tidak senang. Istri Potifar adalah perayu
yang pantang menyerah. Wanita ini memperlihatkan semangat seperti Setan. Yusuf
menanggung risiko yang besar. Istri Potifar ingin membalas dendam. Ia
cepat-cepat berteriak, memanggil pelayan-pelayan lain ke rumah. Ia mengaku
bahwa Yusuf mencoba memerkosanya dan kabur sewaktu dia berteriak. Dia menyimpan
pakaian Yusuf sebagai bukti dan menunggu suaminya pulang. Ketika Potifar tiba,
ia kembali berdusta, menyiratkan bahwa semua ini salah suaminya karena membawa
masuk orang asing itu. Kemarahannya pun berkobar. Ia menjebloskan Yusuf ke
penjara, (ay.13-20).
Tuhan
terus menyertai Yusuf. Penjara, belenggu, tidak menghalangi kasih Allah kepada
hamba-hamba-Nya. Bahkan angin ribut pun, Tuhan hentikan. (Band. Ep.
Mat.8:23-27).
Yusuf
menjadi teladan bagus bagi anak muda yang melayani Tuhan dewasa ini. Misalnya,
sewaktu di rumah, di sekolah, di kampus, di tempat kerja. Jika kamu berada dalam situasi
seperti Yusuf, ingatlah bahwa Tuhan tidak berubah. Tuhan memberkati mereka yang memberkati umat-Nya, tetapi umat-Nya juga harus menjadi berkat dengan bekerja keras. (Kej. 12: 3-4).
Orang-orang
beriman, sangat perlu memiliki tekad tetap teguh. Seperti itulah sikap Yusuf. Walaupun
berada dalam situasi sulit ”dari hari ke hari”, ia tidak goyah. (ay.10). Karena
ia, HIDUP DALAM PENYERTAAN TUHAN. Selamat
hari Minggu! Amin. (NS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar