ACARA KEBAKTIAN PEMUDA
HKBP
PONDOK GEDE RESORT PONDOK GEDE
DISTRIK
XIX BEKASI
Tuan
Rumah Wijk 3
Tempat:
Aula Gereja HKBP Pondok Gede
Sabtu,
01 September 2018
1. Bernyanyi : Kecaplah dan Lihatlah
2. Votum/Introitus :
A.XV.A.21 – D.XIII.51
3. Epistel : 1 Raja-raja 17:7-16
4. Koor :
5. Bernyanyi : BN HKBP No. 755:1-2
6. Khotbah : Mazmur 22:23-32
7. Koor :
8. Bernyanyi : Selidiki Aku
9. Tangiang
sian sahalak na ro :
10. Bernyanyi
(Persembahan) :
Kasih yang Sempurna
11. Tangiang
Pelean-Doa Bapa Kami :
12. (Menyanyikan) : Amen, amen, amen.
Na marhobas:
1. Parjamita : Pdt. Nikson Simangunsong, S.Th.
2. Paragenda : St. P. Hutajulu
KEBAKTIAN BULANAN PEMUDA
HKBP PONDOK GEDE
Mazmur 22: 23-32
23. Aku
akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di
tengah-tengah jemaah:
24. kamu
yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah
Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
25. Sebab
Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas,
dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika
orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
26. Karena
Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan
mereka yang takut akan Dia.
27. Orang
yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan
memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
28. Segala
ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari
bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
29. Sebab
TUHANlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.
30. Ya,
kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya
akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat
menyambung hidup.
31. Anak-anak
cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada
angkatan yang akan datang.
32. Mereka
akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia
telah melakukannya.
Situasi hidup terus berubah dan
berkembang. Tidak statis. Setiap perubahan kehidupan memberikan peluang dan
tantangan baru bagi kita. Yang diperlukan ialah kemampuan mengenali
perkembangan yang tengah terjadi dan berupaya semaksimal mungkin mengatasinya.
Arus
globalisasi sudah tidak terbendung masuk ke Indonesia. Disertai dengan
perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini memasuki era revolusi
industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital economy, artificial
intelligence, big data, robotic, dan lain
sebagainya atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation.
Menghadapi tantangan tersebut, setiap orang dituntut untuk berubah, termasuk
dalam pelayanan gereja, sebagai pendeta atau terlebih PEMUDA sebagai generasi penerus masa depan.
Beberapa karakteristik gambaran
masyarakat modern ialah:
1.
Mengendornya
norma dalam sistem kekerabatan dan kekeluargaan.
2.
Pola
kehidupan lebih terbuka, tidak bergantung pada nasib. Nasib dapat diubah.
Kedudukan seseorang dalam masyarakat diperoleh berdasarkan prestasinya dan
tidak lagi diperoleh secara otomatis atau keturunan.
3.
Hal-hal
baru dipandang sebagai sesuatu yang menantang.
4.
Alam
dipandang sebagai sesuatu yang harus dikuasasi.
5.
Hidup
berorientasi pada masa kini dan masa depan.
6.
Gaya
hidup aktif dan inovatif.
7.
Mobilitas/gerak
antara satu tempat ke tempat lain sangat tinggi.
Gereja (dalam Tri Tugas Panggilannya:
Koinonia, Marturia, Diakonia) terpanggil berkewajiban untuk mendoakan generasi
milenial menjadi anggota jemaat yang memiliki kemampuan hidup kompetitif dan
produktif.
Secara khusus di Indonesia
sudah menapaki era Industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan serba
digitalisasi dan otomasi. Misalnya gereja kita, memiliki infokus, database di
internet, beberapa blog di internet, pembanyaran Persembahan Tahunan lewat
transper bank.
Namun, kita akui belum semua
elemen masyarakat menyadari konsekuensi logis atau dampak dari
perubahan-perubahan yang ditimbulkannya. Bahkan, fakta-fakta perubahan itu
masih sering diperdebatkan. Misalnya, banyaknya toko konvensional di pusat
belanja (mall) yang tutup sering dipolitisasi dengan argumentasi bahwa
kecenderungan itu disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Padahal,
toko-toko konvensional memang mulai menghadapi masalah serius atau minim
pengunjung karena sebagian masyarakat perkotaan lebih memilih sistem
belanja online. Dari beli baju, sepatu,
dan buku hingga beli makanan semuanya dengan pola belanja online.
Masih ada beberapa contoh
tentang dampak dari adaptasi era Industri 4.0. Misalnya, karena faktor e-banking dan pesatnya perkembangan sistem
pembayaran, 30 persen pos pekerjaan pada setiap bank diprediksi akan hilang
dalam beberapa tahun mendatang. Maka, akhir-akhir ini pemutusan hubungan kerja
(PHK) di sektor perbankan pun tak terhindarkan. Lalu, berlakunya
ketentuan e-money untuk bayar tol pun
punya dampak terhadap pekerja yang selama ini melayani pembayaran tunai di
semua pintu jalan tol.
Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali
diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab.
Ekonom terkenal asal Jerman itu menulis dalam bukunya, The
Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah
hidup dan kerja manusia. Berikut ini empat tahap evolusi industri dari dahulu
hingga kini.
· Revolusi
Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750-1850. Saat itu terjadi perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi generasi 1.0 melahirkan
sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah
satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh
sejarah berhasil mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua
abad setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan
perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
· Revolusi Industri 2.0,
juga dikenal sebagai Revolusi Teknologi adalah sebuah fase pesatnya
industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Revolusi Industri 1.0
yang berakhir pertengahan tahun 1800-an, diselingi oleh perlambatan dalam
penemuan makro sebelum Revolusi Industri 2.0 muncul tahun 1870. Meskipun
sejumlah karakteristik kejadiannya dapat ditelusuri melalui inovasi sebelumnya
di bidang manufaktur, seperti pembuatan alat
mesin industri, pengembangan metode untuk pembuatan bagian suku cadang, dan
penemuan Proses Bessemer untuk menghasilkan baja, Revolusi
Industri 2.0 umumnya dimulai tahun 1870 hingga 1914, awal Perang Dunia I. Revolusi
industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan
motor pembakaran dalam (combustionchamber). Penemuan ini memicu kemunculan
pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara
signifikan.
· Kemunculan teknologi
digital dan internet menandai dimualinya Revolusi Indusri 3.0. Proses revolusi
industri ini kalau dikaji dari cara pandang sosiolog Inggris David Harvey sebagai proses pemampatan
ruang dan waktu. Ruang dan waktu semakin terkompresi. Dan, ini memuncak pada
revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak lagi
berjarak. Revolusi kedua dengan hadirnya mobil membuat waktu dan jarak makin
dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang
mengusung sisi kekinian (real time). Selain mengusung kekinian, revolusi
industri 3.0 mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer.
Praktik bisnis pun mau tidak mau harus berubah agar tidak tertelan zaman.
Namun, revolusi industri ketiga juga memiliki sisi yang layak diwaspadai.
Teknologi membuat pabrik-pabrik dan mesin industri lebih memilih mesin
ketimbang manusia. Apalagi mesin canggih memiliki kemampuan berproduksi lebih
berlipat. Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja manusia tidak terelakkan.
Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan luar biasa. Hanya dalam hitungan
jam, banyak produk dihasilkan. Jauh sekali bila dilakukan oleh tenaga manusia.
· Lalu Pada revolusi
industri generasi 4.0, manusia telah menemukan pola baru ketika disruptif
teknologi (disruptivetechnology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan
perusahaan–perusahaan incumbent. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri
telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa. Lebih
dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan tidak
menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih
prestasi dengan cepat. Hal ini ditunjukkan oleh Uber yang mengancam
pemain-pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia, mengancam
pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata. Ini membuktikan bahwa yang
cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.
Kalau kita perhatikan
tahap revolusi dari masa ke masa timbul akibat dari manusia yang terus mencari
cara termudah untuk beraktifitas. Setiap tahap menimbulkan konsekuensi
pergerakan yang semakim cepat. Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan
umat manusia.
Maka, dalam sermon pemuda
ini, gereja peduli kepada jemaat pemudanya kiranya Tuhan Bapa-Nya Yesus Kristus
Tuhan, memberi kemampuan dan kekuatan kepada pemuda gereja untuk turut
berkompetisi dan berproduksi di era Industri 4.0.
Mazmur 22: 25-32
Daud
memiliki hati yang luar biasa. Dia dikenal sebagai orang yang berkenan di
hadapan Allah. Hanya dua tokoh di Alkitab yang disebut sebagai yang berkenan di
hadapan Allah Bapa, yaitu Daud dan Tuhan Yesus sendiri. (1Raja.10: 9; Mat.3: 17).
Berbagai
masalah dilalui oleh Daud dengan penuh penderitaan tetapi juga selalu penuh
dengan kemenangan. Kuncinya ada di kerendahan hati yang Daud miliki. Kerendahan
hati membuat Tuhan berkenan kepada kita. Dia melihat orang-orang yang rendah
hati dan mencurahkan berkat-Nya bagi mereka. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat
Allah. (Mat.5: 8).
Ada
beberapa kejadian yang menimpa Daud, di mana dia menunjukkan kerendahan hatinya
dalam masalah yang dia hadapi. Mari kita lihat kisahnya. “Lalu datanglah
seseorang mengabarkan kepada Daud, katanya: “Hati orang Israel telah condong
kepada Absalom.” Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang
ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem: “Bersiaplah, marilah kita melarikan
diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah
dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan
celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang!” (2 Sam.15: 13-14)
Absalom
melakukan kudeta kepada Daud yang pada saat itu duduk sebagai raja. Sebagai
raja, Daud tidak menggunakan kekuasaannya, kekuatannya, massanya dan semua
sumber daya yang dia miliki untuk melawan, mengalahkan dan menangkap Absalom.
Daud bisa saja menang jika dia menggunakan seluruh kekuatan yang dia miliki
saat itu. Tetapi Daud justru menyingkir dan “mengalah” dari Absalom.
Melihat
rajanya menyingkir dari kota, para imam Lewi juga turut serta pergi dengan raja
Daud sambil membawa tabut Allah. Tetapi Daud justru menyuruh mereka untuk
kembali ke kota. “Lalu berkatalah raja kepada Zadok: “Bawalah tabut Allah
itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia
akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat
kediamannya. Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan
kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di
mata-Nya.” (2 Sam.15: 25-26).
Daud
tidak memaksakan kehendaknya sendiri agar apa yang dia miliki dapat tetap terus
berada di dekatnya. Daud tidak merasa bahwa dia memiliki hak untuk membawa
tabut Allah ikut beserta dengan dia. Daud menyadari bahwa segala yang terjadi
adalah dengan seijin Tuhan. Hingga dia sanggup berkata bahwa jika Tuhan
mengijinkan dia kembali, maka dia pasti akan kembali dan melihat tabut Allah
kembali. Bahkan dia juga sanggup berkata bahwa jika Tuhan tidak mengijinkan dia
kembali, maka itulah yang terbaik Tuhan berikan baginya. (bdn. Jak.4: 15 "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan
hidup dan berbuat ini dan itu.")
Sungguh
luar biasa sikap yang ditunjukkan oleh Daud. Seberapa banyak dari kita yang
selalu ingin memaksakan kehendak kita begitu kita tidak memperoleh apa yang
kita inginkan. Apalagi jika hal itu sudah lama kita impi-impikan dan kita
rindukan. Sebagian dari kita pasti tidak mau melepaskan apa yang seharusnya
menjadi hak kita. Tetapi Daud mengajarkan kita untuk melepaskan apa yang
sebenarnya menjadi hak kita.
Memang
tidak mudah untuk melepaskan apa yang seharusnya menjadi hak kita, apa yang
seharusnya kita peroleh dan apa yang seharusnya kita raih. Tetapi ada saat-saat
tertentu yang memang Tuhan ijinkan agar kita dapat belajar bahwa kerendahan
hati jauh lebih penting dari segala apa yang kita inginkan di dunia ini.
Mari
kita lihat satu kejadian lagi tidak lama setelah apa yang Daud alami di atas. “Ketika
raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum
keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia
terus-menerus mengutuk. Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya
dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri
kanannya.” (2 Sam.16: 5-6). “Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada
raja: “Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku
menyeberang dan memenggal kepalanya.” Tetapi kata raja: “Apakah urusanku
dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN
berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa
engkau berbuat demikian?” Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua
pegawainya: “Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi
sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab
TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan
memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai
ganti kutuk orang itu pada hari ini.” (2 Sam.16: 9-12).
Mengagumkan
sekali sikap yang ditunjukkan oleh Daud pada saat ada orang yang mengutuki dan
melempari dia dengan batu. Jika hal ini terjadi pada jaman sekarang di mana ada
orang yang menghina secara langsung pemimpin negara dan melemparinya dengan
benda-benda keras, kita tentu sudah dapat membayangkan apa yang akan terjadi
dengan orang tersebut.
Tetapi
sekali lagi Daud menunjukkan bahwa dia tidak menggunakan kekuasaannya,
posisinya dan haknya sebagai raja untuk menangkap, menghukum atau bahkan
menghabisi nyawa orang tersebut.
Daud
mengerti bahwa tidak ada segala sesuatu yang terjadi tanpa kendali dari Tuhan.
Semua yang terjadi adalah seijin Tuhan. Mari kita belajar dari kerendahan hati
yang dimiliki oleh Daud. Tidak seharusnya kita mengeraskan hati kita jika ada
hal yang terjadi di luar kehendak kita. Belajarlah untuk mengucap syukur untuk
keadaan apapun yang terjadi dalam hidup kita. Ketahuilah bahwa ketika kita
tertindas dan kita merespon dengan segala kerendahan hati, maka Tuhan akan
melihat keberadaan kita. “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang
Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: “Aku
bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang
yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah
hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” (Yes. 57: 15).
Jagalah
hati kita untuk tidak cepat bereaksi ketika menghadapi hal-hal yang tidak kita
inginkan. Mintalah kekuatan dari Tuhan dan damai sejahtera-Nya agar tetap
melingkupi hidup kita. Dia yang adalah sumber dari segala yang ada di dunia ini
akan memberikan kita kedamaian dan kekuatan untuk menghadapi hal-hal yang jauh
di luar kekuatan kita.
Sejarah telah mencatat
bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban dengan matinya
perusahaan-perusahaan raksasa. Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0
ini, ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan
menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan cepat. Hal ini ditunjukkan
oleh Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi di
seluruh dunia, mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata.
Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan
yang besar memangsa yang kecil.
Goliat yang besar mencoba meremukkan Daud
yang kecil. Absalom anak Daud yang masih muda dan memiliki kekuatan, mencoba
mengulingkan Daud ayahnya. Daud punya kekuatan Tuhan dengan kerendahan hati dia
mengatasi segala, bertindak, berperang demi Nama Tuhan!
“Tetapi
orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena
kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” (Maz.37: 11).
Amen!
(pdt. nikson
simangunsong-hajut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar