Jumat, 29 Oktober 2021

RENUNGAN MINGGU KEDUAPULUH DUA SETELAH TRINITATIS, 31 OKTOBER 2021

 INJIL YANG MEMBAHARUI

(Roma 1: 17-18)



 

Tujuan reformasi perlu dipahami oleh setiap rakyat. Apalagi, karena gerakan ini merupakan titik balik suatu bangsa atau negara dalam menjalankan pemerintahannya. Gerakan reformasi bisa dilatar belakangi oleh krisis multidimensi akibat kebijakan-kebijakan dari pemerintahan sebelumnya di masa lalu. 

Reformasi memiliki makna perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu masyarakat, bangsa, negara. Tujuan reformasi yang paling utama adalah memperbarui tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar sesuai dengan nilai-nilai dan kesepakan yang telah disusun dan disepakati bersama, baik dalam bidang ekonomi, politik, hukum serta bidang lainnya.

Sebagaimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan baik di bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara. Khusus di Indonesia, kata reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan Orde Baru.

Demikian juga dengan reformasi gereja, suatu gerakan untuk mengadakan pembaruan. Sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang didominasi oleh otokrasi pada ajaran yang menyimpang untuk kembali ke jalan yang lurus. Gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan pada waktu itu. Misalnya penjualan surat Aflat (surat pengampunan dosa). Dengan 95 tesisnya Martin Luther mengawali dengan mengkritik praktek surat penghapusan dosa ini. Menekankan Alkitab sebagai satu sumber keyakinan yang benar (sola scriptura) serta keyakinan iman di dalam Yesus, bukan dengan perbuatan-perbuatan baik. Satu-satunya jalan untuk memperoleh pengampunan Allah atas dosa (sola fide).

Paulus rindu datang untuk memberitakan Injil kepada mereka yang di Roma, karena Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Injil adalah kebenaran dan perbuatan Allah yang layak diyakini siapa pun. Dalam Injil terdapat anugerah Allah yang memberikan hidup kekal bagi mereka yang memercayai-Nya. Inilah inti Injil, Yesus Kristus yang menyelamatkan dan harus direspons dengan beriman kepada-Nya. Bagi Paulus, Injil bukan spekulasi pengetahuan dan akal budi manusia. Injil juga bukan ajaran moral dan etika agar manusia memperbaiki perilaku berdasarkan kekuatan. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan mendamaikan manusia berdosa dengan Allah.

Bila Anda tergolong orang yang masih ragu tentang hal ini. Biarlah Allah mereformasi, membaharui iman percayamu kepada-Nya. Injil Kristus ada keselamatan bagi kita dan siapa pun yang menerimanya. Kita selamat hanya oleh anugerah-Nya. Amin. Selamat hari Minggu! (NS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...