PENELAAHAN ALKITAB (PA) SEKSI REMAJA
HKBP
PONDOK GEDE RESORT PONDOK GEDE
DISTRIK
XIX BEKASI
VIA ZOOM
Jumat, 15 Oktober 2021
“IBADAH YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN”
1. Menyanyi BN HKBP No. 815: 1-2 Indahnya Saat yang Teduh D=Do 6/8
1.
Indahnya saat yang teduh, di hadirat-Nya
yang kudus
Bapaku setia
s’lalu, Dia t’rima permohonanku
Dikala susah dan
resah, jiwaku dihiburkan-Nya
‘Ku bebas dari
cobaan, saat berdoa pada-Nya
2.
Indahnya saat yang teduh, senang, bahagia
hidupku
Hatiku rindu
selalu, berdoa saat yang teduh
Bersama umat yang
kudus, ‘ku ingin lihat wajah-Mu
Tuhanku Yesus
Penebus, di dalam doa yang teduh
2. Doa Pembuka (A. XV/ A. 8; D. XIII/ 58) Ayat Harian
Almanak HKBP:
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja
keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia
dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. (Efesus 4: 28).
3. Pembacaan
Nats:
“Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
So then, my brothers,
because of God's great mercy to us I appeal to you: Offer yourselves as a
living sacrifice to God, dedicated to his service and pleasing to him. This is
the true worship that you should offer. (Roma 12: 1).
“IBADAH YANG BENAR DI
HADAPAN TUHAN”
Masih ingatkah dengan ibadah
sewaktu kecil? Mengikuti Sekolah Minggu,
mendengarkan kisah-kisah menarik tentang tokoh-tokoh Alkitab. Ketika Perayaan
Natal hiasan lilin Natal dan baju baru? Atau Paskah, dibanjiri telur-telur
Paskah dan aneka bingkisan lomba.
Bagi siapapun kanak-kanak, ibadah
itu menyenangkan karena banyak teman, hadiah, makanan, cerita menarik dan kakak
guru-guru Sekolah Minggu cantik dan ganteng.
Tentulah setiap remaja HKBP Pondok
Gede sebagai alumni Sekolah Minggu, senang beribadah. Untuk menyanyi memuji
Tuhan bersama saudara-saudara seiman, mendengar firman Tuhan. Atau adakah
sesuatu yang lain hatimu mendorong kedatanganmu untuk beribadah? Misalnya hanya
sebagai kebiasaan saja? Terpaksa atau dipaksa? Sebaiknya hal ini mari kita
renungkan!
Hendaklah setiap ibadah yang kita
lakukan pertama-tama harus didasari dengan pemahaman bahwa Allah itu sungguh
mengasihi, Allah itu sudah banyak memberikan yang terbaik bagi kita. Ibadah
kita akan menjadi benar di hadapan Allah, ketika ibadah yang kita lakukan
adalah sebagai bentuk syukur kita kepada Allah atas keselamatan yang Allah
sudah berikan kepada kita. Karenanya janganlah kita mengikuti ibadah,
menyanyikan lagu pujian, mendengarkan firman Tuhan, tetapi juga memegang HP
melakukan chat dengan teman kita. Kita bernyanyi sambil tersenyum karena
membaca status teman kita yang mungkin lucu. Inikah ibadah kita? Kita memang
mendengar firman Tuhan yang dibaca dan dijelaskan pengkhotbah. Akan tetapi
bukannya fokus mendengar khotbah, malah kita juga tergoda mengomentari khotbah
tersebut seakan kita lebih mahir dari pengkhotbah tersebut. Bukan perubahan yang
terjadi pada kita, malah ketegaran hati kita yang makin kuat membatu.
Sungguh sayang bila ibadah seperti
itu terjadi, sehingga kita sering merasa tak ada gunanya beribadah. Tak terasa
ada yang berubah. Kita tidak berubah. Kita tetap seperti kemarin. Yang berubah
hanya waktu. Lalu kita mengomel, untuk apa beribadah!
Pada zaman Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru kata “avoda atau latreuo” untuk ibadah, ini merupakan
sikap dan tindakan seorang hamba/budak kepada tuannya. Jadi ibadah kepada Allah
adalah segala sikap dan tindakan yang dilakukan sebagai ungkapan rasa takut dan
hormat, kagum dan takjub kepada Allah. Termasuk ketika kita bersikap dengan
atau menggunakan anggota-anggota tubuh kita untuk melakukan pekerjaan yang
dikehendaki Allah dan memperhatikan orang-orang yang lemah seperti para yatim
piatu dan para janda, karena kita adalah umat yang mengabdi kepada Allah. Semua
hal itu dilakukan karena didasari atau sebagai bentuk penghormatan dan ketaatan
kepada Allah, karena mempersembahkan tubuh dan mengunjungi yatim piatu dan
janda janda adalah kehendak Allah.
Tuhan Yesus mengucapkan satu
perumpamaan paling menohok kepada para pendengarnya. Pada waktu itu bangsa
Yahudi membanggakan kehidupan beragama mereka dan mengangkat orang-orang yang
pandai dan dipandang paling terkemuka dalam agama sebagai pemimpin mereka harus
mendengarkan perkataan Yesus tersebut. Tentang orang Farisi yang berdiri dan
berdoa: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” Tetapi pemungut cukai berdoa
dengan berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
melainkan ia memukul diri dan berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini. Yesus berkata bahwa pemungut cukai itu pulang ke rumahnya sebagai
orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan.” (lihat. Lukas 18: 9-14). Menunjukkan betapa pentingnya sikap
hati seseorang di hadapan Tuhan! Di hadapan Tuhan, kesing, penampilan luar kita
tidak terlalu berpengaruh. Dia tidak mengamati yang di luar jika mata-Nya dapat
menembus hingga relung terdalam jiwa manusia. Tuhan tahu dan menilai semuanya.
Dia mendapati sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan Dia di sana.
Ibadah adalah persembahan yang
hidup sebab mengabdikan diri kepada Allah yang hidup, menyenangkan hati Nya.
Semua tentang Allah bukan dirinya, hidup menyangkal diri, rela memikul salib,
tetap memuji Allah, sekalipun dia hidup miskin dan sakit. Bukan kekayaan atau
kesembuhan yang menjadi konsentrasinya, melainkan menyenangkan Tuhan Sang
penebus, yang membuatnya bahagia bahkan dikesusahannya. Ya, itulah persembahan
yang hidup. Ibadah adalah persembahan yang kudus. Kudus adalah kata yang
berarti terpisah dari, tidak sama dengan dunia yang duniawi.
Yesus mengatakan bahwa melakukan
kehendak Allah tidak selalu mudah. Dia berkata, ”Masuklah melalui gerbang
yang sempit, karena gerbang yang lebar dan jalan yang luas itu menuju
kemusnahan, dan banyak orang masuk melaluinya, sedangkan gerbang yang sempit
dan jalan yang sesak itu menuju kehidupan, dan hanya sedikit yang
menemukannya.” (Matius 7:13-14). Jalan yang sesak, atau cara beribadah yang
benar kepada Allah, menuju kehidupan abadi. “Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23). Tuhan
tidak suka orang yang hatinya suka membenarkan dan memuji diri. Janganlah dalam
ibadahnya tampak seperti menyembah Tuhan, tetapi juga memuji dan membesarkan
dirinya sendiri. “… sebab: Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Ibadah bukan hanya tentang pergi ke
gereja atau mengikuti kebaktian setiap Minggu, mengikuti pelayanan, atau
aktif dalam berbagai organisasi keagamaan. “Ibadah yang murni dan yang tak
bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak
dicemarkan oleh dunia.” (Jakobus 1:27). Ibadah yang sejati adalah Ketika Anda menjaga
tubuh dan hidup Anda agar tetap kudus sehingga berkenan kepada Allah. Tubuh
dan hidup yang kudus berarti Anda tidak mencemari diri dengan dosa. Tidak
merusak bait Allah dalam tubuh Anda dengan makanan tidak sehat, minuman keras,
atau obat-obatan terlarang-Narkoba. Anda memastikan hidup Anda dipakai sebagai
alat kebenaran untuk Tuhan. Hidup Anda mencerminkan kemuliaan, kebesaran, dan
keindahan dari Allah sendiri. Ibadah yang sejati menuntut adanya perubahan pola
pikir. Perubahan pola pikir seperti apa yang Tuhan maksudkan. Amin.
5. Diskusi
Sudahkah Anda memiliki ibadah yang
sejati, yang berkenan kepada Allah?
Apakah ibadah Anda selama ini
menjadikan Anda pribadi yang merefleksikan gambaran Tuhan dengan kasih-Nya,
pengampunan-Nya, kecintaan-Nya akan Bait Allah, dan kepedulian-Nya terhadap
orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan?
6. Menyanyi BN HKBP
No. 223: 1-2 ‘Ku
Sembah Kau Tuhan As=Do 4/4
1. ‘Ku
sembah kau Tuhan, dengarkanlah.
Nyatakan
padaku, kehendak-Mu.
Kiranya
kasihku, bertambah pada-Mu.
Makin
teguh, setiaku.
7. Doa Syafaat
8. Menyanyi BN HKBP No.
714: 1-2 Tuhan Kau Gembala Kami Es=Do 4/4 (Persembahan)
1.
Tuhan Kau gembala kami, pimpin kami
domba-Mu.
B’rilah
kami hati damai, menikmati rahmat-Mu.
Reff.: Tuhan Yesus Jurus’lamat,
Gembalakan umat-Mu
Tuhan Yesus Jurus’lamat,
Gembalakan umat-Mu
2.
Tuhan gembala setia, sobat agung terdekat,
Jauhkanlah
pencobaan, bawa orang yang sesat.
Reff.: Tuhan Yesus Jurus’lamat,
Gembalakan umat-Mu
Tuhan Yesus Jurus’lamat,
Gembalakan umat-Mu.
9. Doa Bapa Kami - Berkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar