INJIL YANG MEMBAHARUI
(Roma 1: 17-18)
Tujuan
reformasi perlu dipahami oleh setiap rakyat. Apalagi, karena gerakan ini merupakan
titik balik suatu bangsa atau negara dalam menjalankan pemerintahannya. Gerakan
reformasi bisa dilatar belakangi oleh krisis multidimensi akibat
kebijakan-kebijakan dari pemerintahan sebelumnya di masa lalu.
Reformasi
memiliki makna perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang sosial,
politik, atau agama dalam suatu masyarakat, bangsa, negara. Tujuan
reformasi yang paling utama adalah memperbarui tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar sesuai dengan nilai-nilai dan
kesepakan yang telah disusun dan disepakati bersama, baik dalam bidang ekonomi,
politik, hukum serta bidang lainnya.
Sebagaimana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reformasi adalah perubahan secara drastis
untuk perbaikan baik di bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu
masyarakat atau negara. Khusus di Indonesia, kata reformasi umumnya
merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan
kekuasaan Orde Baru.
Demikian
juga dengan reformasi gereja, suatu gerakan untuk mengadakan pembaruan. Sebuah
upaya perbaikan tatanan kehidupan yang didominasi oleh otokrasi pada ajaran
yang menyimpang untuk kembali ke jalan yang lurus. Gerakan reformasi berupa
sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan pada waktu itu. Misalnya penjualan
surat Aflat (surat pengampunan dosa). Dengan 95 tesisnya Martin Luther
mengawali dengan mengkritik praktek surat penghapusan dosa ini. Menekankan Alkitab
sebagai satu sumber keyakinan yang benar (sola scriptura) serta keyakinan iman
di dalam Yesus, bukan dengan perbuatan-perbuatan baik. Satu-satunya jalan untuk
memperoleh pengampunan Allah atas dosa (sola fide).
Paulus
rindu datang untuk memberitakan Injil kepada mereka yang di Roma, karena Injil
itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Injil adalah
kebenaran dan perbuatan Allah yang layak diyakini siapa pun. Dalam Injil
terdapat anugerah Allah yang memberikan hidup kekal bagi mereka yang
memercayai-Nya. Inilah inti Injil, Yesus Kristus yang menyelamatkan dan harus
direspons dengan beriman kepada-Nya. Bagi Paulus, Injil bukan spekulasi
pengetahuan dan akal budi manusia. Injil juga bukan ajaran moral dan etika agar
manusia memperbaiki perilaku berdasarkan kekuatan. Injil adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan dan mendamaikan manusia berdosa dengan Allah.