TUHAN TAHU APA ISI HATI KITA
(Markus 7:17–23)
Orang akan lebih cenderung melihat orang lain
tanpa mampu melihat diri sendiri, dan orang sering menghakimi seseorang yang
disasarkan pada dugaan tanpa fakta atau bukti. Yang semuanya dapat menimbulkan
kekacauan, baik yang dituduh juga yang menuduh. Menghakimi tanpa alasan dan
bukti, adalah juga menggambarkan rendahnya komunikasi seseorang, atau boleh
jadi hanya untuk menutupi dirinya dengan segala kekurangannya. Banyak orang
berusaha menghakimi orang lain tanpa memamahi apa resiko psikologis yang
ditimbulkannya baik terhadap mereka yang dituduh, juga terhadap pertumbuhan
emosional dan psikologinya sendiri. Sebab perkataan kita bisa mengangkat
derajat dan harga diri kita, tetapi juga dapat menjatuhkan bahkan menghinakan
diri kita sendiri. Kemunafikan dan kepalsuan hidup kita, tujuan serta motivasi
kita terhadap sesuatu hal, walaupun misalnya semuanya bisa kita tutupi dari
orang banyak, tetapi suatu saatnya nanti pasti akan ketahuan dan terbuka. Itu
sebabnya perlu ada kehati-hatian dalam bertindak dan berbicara.
Kemunafikan akan selalu menjadi pembenaran diri sebagaimana orang-orang
Farisi dan ahli taurat saat itu. Mereka menekankan hukum, tetapi tidak hidup
dalam hukum yang sesungguhnya. Misalnya: hukum mencuci tangan; tangan yang
tidak dicuci akan menajiskan makanan yang akan kita makan. Tetapi Yesus menegur
kemunafikan mereka, dengan mengatakan bukan sesuatu yang masuk ke dalam tubuh
yang najis, akan tetapi adalah yang keluar dari mulut, sebab apa yang keluar
dari mulut, adalah merupakan produksi tubuh dan pikiran kita. Ucapan yang
terucap adalah representasi kehadiran moralitas dan spiritualitas kita. Ucapan
yang keluar dari mulut akan dapat mengangkat derajat kita, dan juga akan dapat
menjatuhkan kita hingga ke titik terendah. Sebab itulah Salomo juga katakan;
jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, sebab dari situlah terpancar
kehidupan (Ams 4:23) Ucapan kita bisa jadi berkat dan bisa menjadi kutuk.
Aturan keagamaan/hukum siasat gereja perlu; supaya gereja itu kudus, untuk
membatasi dosa dan untuk mengingatkan kita akan hukuman; tetapi aturan itu juga
akan berguna jika dipakai untuk membangun moralitas dan menegakkan keadilan,
kebenaran, aturan yang menghidupkan. Tuhan tahu apa alasan dibalik semua ucapan
kita, pikiran dan perilaku kita. Amin. (HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar