Kamis, 29 Agustus 2019

RENUNGAN MINGGU XI SETELAH TRINITATIS, 1 SEPTEMBER 2019


YESUS ROTI HIDUP

 (Yohanes 6: 43-54)


Ada ungkapan bijak bahwa kita makan untuk hidup dan tidak hidup untuk makan. Namun banyak orang hidup untuk makan dan akhirnya menjadi kelebihan berat badan dan obesitas. Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan penyebab sebagian besar penyakit Kardiovaskular, hipertensi, diabetes mellitus, dan berbagai jenis kanker. Ada juga gangguan makan yang menyebabkan penurunan berat badan yang parah yang dikenal sebagai anoreksia dan bulimia. Mereka yang menderita penyakit ini, terutama wanita, merasa ditolak dengan cara mereka memandang dan percaya bahwa penurunan berat badan adalah solusinya. Gangguan makan ini adalah hasil dari pemikiran yang salah dan kepercayaan yang salah. 

Yohanes 6 merujuk kepada kepercayaan Yahudi, Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Dalam Injil ini mengingatkan kita akan kisah semak yang terbakar. Ketika Musa menanyakan nama-Nya kepada Allah, Allah menjawab, "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (Kel.3:14). Oleh karena itu, frasa "Aku," dikaitkan dengan identitas Allah. Dalam Injil Yohanes perkataan "AKU ADALAH AKU" dipakai Yesus untuk diri-Nya "Akulah roti hidup” bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, kata mereka: “Bukankah ini Yesus, putra Yusuf, yang ayah dan ibunya kita kenal?” (ay.42a). Yesus ada di Galilea di kota Kapernaum, rumahnya sebagai orang dewasa (Mat.4:13). Orang banyak tidak dapat menahan diri ketika Yesus mengklaim diri sebagai "roti kehidupan" (ay.35) yang telah "turun dari surga" (ay.38). Mereka mengenal ayah dan ibunya (ay.42), dan menganggapnya sebagai anak lelaki lokal. "Lalu bagaimana ia berkata, Aku turun dari surga?" (ay.42b). Orang-orang ini dapat mengingat ketika Yesus pindah dari Nazaret ke Kapernaum. Bagaimana ia bisa mengklaim telah "turun dari surga?" (ay.38,42). Yesus menegaskan “Orang yang telah melihat Bapa, hanya Dia yang datang dari Allah.” (ay.46). Kitab Keluaran menceritakan tentang Musa menyembunyikan wajahnya, karena ia takut untuk memandang Allah, (Kel.3:6) diizinkan untuk melihat punggung Allah tetapi bukan wajah Allah (Kel.33:22-23). Melihat kekudusan Tuhan terlalu berat bagi manusia. Namun berbeda untuk Firman, yang pada mulanya bersama Allah, dan adalah Allah (1:1). "Firman ini telah menjadi manusia, dan hidup di antara kita" (1:14) untuk mengumumkan Allah yang belum pernah dilihat orang lain (1:18). 

Yesus menegaskan kembali, “Akulah roti hidup” (ay.48,35), dan membandingkan roti ini dengan manna yang dimakan oleh nenek moyang Israel di padang belantara (ay.49). Manna menopang Israel untuk sementara waktu di padang belantara, tetapi kemudian mereka mati. Karena kurangnya iman, mereka tidak melihat Tanah Perjanjian (Bil.14: 22-23). Yesus membandingkan roti yang ia tawarkan, dengan manna yang dimakan nenek moyang mereka. Yesus berjanji bahwa mereka yang makan roti yang ia tawarkan tidak akan pernah mati. Ini adalah bahasa pengorbanan. Bahwa Yesus mengorbankan diri-Nya, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh.3:16-17). 

Doa: Ya Tuhan, buka hati dan jiwa kami untuk selalu merindukan-Mu. Berilah kami kerendahan hati untuk percaya bahwa TUHAN adalah roti hidup yang memuaskan rasa lapar kami. Amin. Selamat hari Minggu! (NS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...