Kamis, 22 Agustus 2019

RENUNGAN MINGGU X SETELAH TRINITATIS, 25 AGUSTUS 2019


HIDUP DENGAN KEMURAHAN HATI

(LUKAS 6:27-36)



Kasih akan menutupi segala kekurangan dan kesalahan, kasih akan mengikat dan mempersatukan setiap orang dan akan mampu membangun komitmen bersama dan tujuan hidup masing-masing. Kasih akan mengubah pola pikir untuk lebih baik, dan oleh kasih kita akan dapat hidup bersama, bersampingan tanpa ada benturan sosial, pemahaman, kepentingan dll. Kita mengetahui ada 4 jenis kasih: Kasih Philadelpia (Philia/yang memperlihatkan hubungan kekeluargaan/kekerabatan), Kasih Storge; hubungan persahabatan, Kasih Eros; hubungan timbal balik dan yang saling menguntungkan/saling memberi dan menerima; Kasih Agape yang sering juga disebut kasih kebajikan; Kasih yang tulus memberi tanpa mengharapkan timbal balik. Kasih kebajikan/agape akan memampukan kita dapat melakukan segala kebaikan, memampukan kita untuk mengalahkan/menyangkal diri.

Orang Kristen harus memiliki standar moralitas yang lebih tinggi dari dunia ini, memiliki kasih dan pengorbanan. Mengasihi sesama, sahabat, keluarga, adalah suatu hal yang biasa dapat dilakukan semua orang, akan tetapi bagaimanakah jadinya jikalau kita diminta untuk mengasihi orang yang membenci, memusuhi kita? mengasihi orang yang selalu merancangkan yang jahat kepada kita? Tentu menuntut suatu pengorbanan dan kesungguhan. Mengasihi musuh bukan berarti kita mengasihinya secara emosional/perasaan seperti menyukai musuh kita; akan tetapi bagaimana kita mampu menunjukkan perhatian dan keprihatinan kita akan kehidupan iman dan moralitas mereka. Mengasihi musuh bukan berarti kita berpangku tangan dan membiarkan orang jahat berbuat semena-mena, tetapi bagaimana kita harus dapat menghentikan mereka demi kepentingan semua orang (Mark. 11:15; Yoh. 2:13-17: ”Yesus mengusir para pedagang dari bait Allah).

Tuhan Yesus memberikan alasan mengapa kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan. Pertama: Orang jahat membalas kebaikan dengan kebaikan, tetapi bagaimana jika orang kristen melakukan kebaikan karena kebaikan yang telah diterimanya? Berarti ia tidak lebih dari mereka pelaku kejahatan/orang berdosa (32-33); Kedua: Kalaupun orang jahat mau melakukan kebaikan, tentu karena dia juga ingin balasannya; tetapi jikalau orang kristen melakukan kebaikan karena motivasi untuk memperoleh kabaikan, tidak ada bedanya dengan orang jahat; apakah upah kita? (34); Allah mengasihi kita dan memberikan segala kebaikan bagi semua orang bukanlah karena kebaikan kita, akan tetapi adalah sebuah harapan bagaimana manusia juga mampu meneladani kebaikan yang Tuhan perlihatkan/nyatakan kepada semua orang. Paulus berkata: Janganlah jemu-jemu berbuat baik.

Bagi Yesus, mengasihi musuh adalah sebuah keistimewaan dan kehormatan yang harus kita miliki dan pertahankan, sebab itu adalah merupakan sifat Allah yang harus kita warisi. Keberadaan kita sebagai anak-anak Allah ditentukan oleh bagaimana kemurahan hati Allah dapat turun atas kita. Kemurahan hati yang tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain, tanpa terkecuali sebab semua orang berhak menerima segala kebaikan dan kemurahan. Bagaimana kita harus mampu mendoakan, menasehati, membangun persekutuan yang baik dengan mereka supaya mereka hidup, mereka mampu menyadarkan dirinya dengan apa yang dia terima dari orang-orang yang mereka benci, musuhi. ”Hendaklah kamu murah hati, sebagaimana Bapamu adalah murah hati” ay. 36. Amen. Selamat hari Minggu. (HS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN MINGGU ADVENT I 28 NOVEMBER 2021

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN (1 Tesalonika 3: 9-13) Surat ini ditujukan kepada komunitas pengikut Kristus di Tesalonika. L...