Menyadari
apa yang Diimani
(Lukas 24: 13-35)
K
|
ematian Yesus tidak mudah diterima oleh para
murid-murid-Nya. Mereka putus asa, kehilangan keberanian, harapan dan arah
hidup. Segalanya telah mereka tinggalkan demi mengikut Yesus. Mereka
pun bermaksud untuk kembali ke kampung halamannya dan hidup sesuai dengan
pekerjaan mereka semula.
Dua murid Yesus yang sedang dalam perjalanan ke Emaus
ini memiliki pengetahuan yang lumayan tentang Yesus (ay.19). Mereka berharap,
sebagaimana pengharapan Yahudi terhadap Mesias (ay.21). Mereka sudah mendengar
beberapa kali pengajaran Yesus mengenai penderitaan-Nya demi penebusan dosa.
Lalu pengalaman paling baru, mengenai kebangkitan Yesus
mereka dapatkan dari para perempuan yang mengunjungi kubur Yesus dan
dari beberapa murid lainnya (ay.22-24). Bagian ini pun Yesus
sudah ungkapkan kepada mereka, hanya mereka saat itu belum mengerti
(18:34). Ternyata mereka hanya memiliki pengetahuan tanpa mengerti
maknanya, sehingga Yesus harus menjelaskannya lagi kepada mereka
(ay.25-27). Yesus menyebut mereka, orang bodoh, hati lamban, tidak percaya
kepada apa yang dikatakan para nabi. (ay.25). Pikiran mereka terkungkung dalam
cita-cita duniawi, bahwa Yesus bangkit raja dan membebaskan mereka dari penjajahan
Romawi.
Dalam perjalanan ke Emaus tersebut, mereka sedang
memperbincangkan soal kematian Yesus, sementara Yesus ada
bersama-sama dengan mereka. Banyak orang hanya memperbincangkan
tentang Yesus, tetapi tidak mengenal kehadiran Yesus. Mengapa mereka tidak
segera mengenal Yesus? Lukas menyatakan bahwa ada sesuatu yang menghalangi
mata mereka (ay.16).
Tuhan membimbing mereka, Ia memperagakan ulang
perjamuan akhir bersama para murid sesaat sebelum penangkapan dan penyaliban.
Mata mereka dicelikkan sehingga dapat mengenali Tuhan yang sudah bangkit
(ay.32). Walaupun lambat dan susah mengerti, pada akhirnya firman Tuhan membuka
pikiran kedua murid itu sehingga mereka dapat mengenali kehadiran Yesus dalam
perjalanan tersebut. Ada sukacita besar dan semangat yang baru “Menyadari apa yang mereka Imani,” dan
mereka kembali ke Yerusalem menceritakan pengalaman mereka tersebut (ay.33-35).
Yesus tidak datang seperti kita mengharapkan-Nya
datang; Dia muncul sesuai kehendak-Nya di saat yang paling tidak kita duga, dan
selalu melalui cara-cara yang paling tidak masuk akal. Satu-satunya cara kita
bertemu dengan-Nya, dengan tetap setia kepada-Nya dengan selalu siap menerima
kunjungan-Nya yang mengejutkan. Selamat
hari Minggu.
Amin.
(hajut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar