Memilih dan Terpilih
(1 Samuel 16:1-13)
Partai-partai politik berusaha untuk mencari calon pemimpin
pilihannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu, baik itu di lembaga legislatif maupun pemerintahan.
Banyak proses atau metode yang mereka pergunakan untuk menjaring bakal calon
yang mereka ajukan kelak, baik dari
kalangan partainya sendiri maupun dari luar partai. Untuk melahirkan seorang
pemimpin yang berkualitas,
terkadang diadakan uji kelayakan, pendidikan semacam diklat dll. Akan tetapi
tidak selamanya berjalan sesuai dengan aturan, sebab terkadang boleh jadi ada
calon tiba-tiba yang bukan
anggota partai maupun simpatisan, tetapi karena banyak uang, mampu membayar
persyaratan yang diajukan partai, atau kalau mereka termasuk kepada publik
figur, seperti artis, pengusaha, atau aktor lain. Dan sering juga terjadi
partai politik tidak begitu mempersoalkan latar belakang seperti mental kejujurannya
demi sesuatu kepentingan. Ada yang melihat dari penampilan, gaya berbicara, kemapanan ekonomi.
Pertarungan politiknya juga terkadang
berbeda seperti alasannya untuk mau dicalonkan, ataupun mencalonkan diri, boleh
jadi seseorang itu karena dicalonkan atas keputusan bersama, akan tetapi ada
juga yang menawarkan diri dengan harus memenuhi segala ketentuan yang
diberlakukan. Boleh jadi mereka punya alasan atau motivasi serta tujuan yang
berbeda-beda, ada yang benar-benar untuk mengabdikan dirinya, ada untuk merebut
kekuasaan, dan juga menjadikannya sarana untuk memperkaya diri, yah... entahlah
apa juga yang mereka pikirkan dan lakukan setelah terpilih. Untuk mencapai
semuanya itu, si calon berusaha dengan berbagai cara untuk menyakinkan
konstituennya, baik melalui pemberian bantuan dana, tebar pesona. Akan tetapi
jikalau pemilihnya secara konsekuen dan jujur melihatnya, secara psikologinya boleh jadi
orang yang ingin kekuasaan dan jabatan akan mampu melakukan berbagai hal,
bahkan menghalalkan berbagai cara demi tujuan termasuk kampaye hitam, suap dan
sogok.
Proses pergantian
kekuasaan dari Saul ke Daud juga terjadi atas pilihan dan yang memilihnya
adalah Tuhan sendiri, artinya Tuhan mempersiapkan hambaNya yang akan ditugasi
melayani umatNya dan membawanya kepada kebenaran Allah. Membawa keamanan,
kenyamanan dan kesejahteraan, bedanya bukan umat yang memilih dan menentukan,
bukan umat yang mencalonkannya walaupun Isak mau mencalonkan anak-anaknya yang
lain, tetapi pilihan Tuhan berbeda dengan pilihan manusia. Tuhan ingatkan
Samuel untuk tidak melihat dari paras atas sisi luarnya (ay. 7, jangan pandang
parasnya atau perawakannya … manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati) Tuhan juga tidak
melihat seberapa banyak kurban persembahkan yang sudah diberikan Saul (15:22,
Tuhan lebih menyukai sikap yang kedengar-dengaran akan FirmanNya ketimbang kurban. Tuhan menetapkan
pilihannya kepada Daud, mengurapinya melalui Samuel, menetapkannya sebagai
pemimpin baru menggantikan Saul yang sudah semakin melupakan Tuhan. Artinya, Tuhan akan senantiasa mempersiapkan seseorang yang akan
memimpin umatNya ke dalam sejahtera, hanya saja saat ini pilihan itu melalui
kita, bagaimana kita melihat dan mengenal calon pemimpin, apakah dia takut akan
Tuhan? Ataukah hanya dari segi rupa, atau karena kita membenci
calon lain, atau ada sesuatu kepentingan yang tersembunyi. Pilihan kita
menetukan masa depan, pilihlah hidup bersama Tuhan, pilihlah untuk lebih setia
dalam segala hal supaya kita diberkati dan banyak orang yang terberkati karena
apa yang dapat kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar