Aku harus berada di dalam rumah
Bapa-Ku
(Lukas 2: 41-52)
Perikop ini adalah cerita tentang masa
kecil Yesus. Lukas menuliskannya dengan kesimpulan: “Dan Yesus makin bertambah besarnya dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya,
dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52). Hampir sama dengan
kisah Samuel kecil. Yang disimpulkan dengan kalimat: “Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik
di hadapan Allah maupun di hadapan manusia” (1 Sam 2:26). Apa yang membuat
Yesus dan Samuel disukai Tuhan dan sesama? Setidaknya ada dua jawaban. Pertama,
Tuhan berinisiatif memilih mereka. Tuhanlah yang pada awalnya “menyukai”
mereka. Misalnya Mazmur 148, inisiatif Tuhan memilih tak hanya pada pribadi
manusia, tetapi juga pada bangsa Israel. Kedua, mereka berdua Samuel dan
Yesus merespon cinta Tuhan dengan cara mencintai Tuhan kembali. Tanggapan cinta
itu terlihat melalui ketaatan Samuel, di antaranya dengan penggunaan atribut
berupa baju efod dari kain lenan. Pada diri Yesus, hal itu tampak pada saat Ia
menyatakan bahwa “… Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku” (Luk 2:49b).
Orang
Yahudi memiliki kebiasaan untuk merayakan Paskah di Yerusalem. Yesus pada saat
itu umur 12 tahun turut pergi ke Yerusalem. Orang tua Israel yang baik akan
mempersiapkan anaknya masuk dalam pembelajaran baru. Pada umur 12 tahun remaja
pria akan dididik langsung oleh ayahnya, agar setahun kemudian umur 13 tahun, ia
mampu tampil sebagai orang dewasa, akan diterima sebagai Yudaisme atau “anak
Taurat”. (Bandingkan Belajar Peneguhan
Sidi di HKBP). Yusuf dan Maria mempersiapkan anaknya untuk memulai melatih
tugas-tugas keagamaan sebelum pada waktunya kelak umur 30 tahun sudah boleh mengajar
di depan umum.
Waktu Yesus dibawa ke Yerusalem untuk
merayakan Paskah, ia tidak langsung pulang ke rumah, Yesus sempat menghilang
dan membuat Yusuf dan Maria khawatir luar biasa. Lalu Yusuf dan Maria kembali
ke Yerusalem untuk mencari Yesus dan menemukannya di Bait Allah (Luk 2:
41–52).
Perlu kita renungkan rasa khawatir
yang luar biasa dan kemauan dari Yusuf dan Maria untuk mencari Yesus. Ini
adalah rasa tanggung jawab mereka sebagai orang tua yang sangat takut
kehilangan putranya.
Rasa
khawatir dan kemauan mencari inilah yang sekarang justru semakin terkikis dari
para orang tua di masa kini. Coba kita renungkan, yang terjadi sekarang ini:
1. Orang tua cenderung menyerahkan urusan
bayinya dan pertumbuhan bayinya serta anak-anaknya kepada baby sitter, guru les
bahkan kepada tetangganya.
2. Para orang tua masa kini masih ada
yang tidak ingin direpotkan dengan mendidik anak-anak mereka, dengan alasan
masing-masing bekerja dan mengejar karier. Enggan membawa anak-anak ke sekolah
Minggu, dan membiarkan anak-anak memainkan game dan menonton film di rumah.
3. Bila anak-anak mulai bertumbuh besar
atau menginjak remaja, jika mereka tidak pulang ke rumah tidak langsung dicari
dan memilih cuek.
4. Di masa kini sering kita jumpai
para orang tua yang sudah semakin tidak hadir dalam kehidupan anak-anaknya.
Misalnya saja, anak-anak mengadakan Ibadah perayaan natal, atau Paskah di
gereja, orang tua hanya sedikit yang hadir melihat anaknya tampil di depan
altar gereja mengucapkan firman Tuhan.
Kehadiran
dalam kebersamaan keluarga ditampilkan oleh keluarga Yusuf, Maria dan Yesus
bersama-sama menempuh perjalanan ke Betlehem, dulu bersama-sama mengungsi ke
Mesir, mencari Yesus ke Yerusalem, bahkan Maria hadir sampai Yesus disalibkan.
Yusuf adalah ayah yang peduli dan Maria adalah ibu yang hadir dalam kehidupan
anaknya. Hai para orang tua, mari kita merenungkan kembali makna kepedulian dan
kehadiran kita sebagai orang tua dalam kehidupan anak-anak kita. Hai anak-anak,
katakan: “Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku” Selamat hari
Minggu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar