Biasakanlah Melakukan Apa Yang Baik
(Yesaya 12: 2-6)
Tentulah
kita sangat setuju dengan perkataan “Biasakanlah melakukan apa yang baik.”
Bukan sebaliknya, apa yang biasa dilakukan adalah baik. Jika kita sudah
terbiasa melakukan sesuatu, lambat laun apa yang kita lakukan itu menjadi
kebiasaan. Lama-kelamaan kebiasaan akan menjadi bagian dari diri kita yang
susah dilepaskan. Tentu betapa menyenangkan dan menguntungkan, jika kita salah
seorang yang memiliki kebiasaan melakukan yang baik. Sebab kebiasaan itu
menjadi karakter. Misalnya: biasa berdoa, biasa membaca Alkitab, biasa
menyanyikan Buku Ende atau lagu rohani. Karena kebiasaan tersebut kita boleh
mendapatkan pembaruan hidup oleh kebenaran Firman Tuhan. Biasa menolong orang
lain tanpa pamrih, biasa bersyukur kepada Tuhan dalam segala perkara, dan lain-lain
sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan itu akan memberikan kepada kita pengaruh yang
baik, membangun hidup dengan biasa melakukan kebaikan tanpa beban, penuh antusias
dan dengan gembira.
Pada
minggu Advent ketiga ini kita diingatkan untuk menyadari bahaya hidup tanpa
bukti pertobatan. Apa artinya? Artinya kita diajak untuk tidak terjebak dalam
kebiasaan buruk yang jahat dan mematikan damai sejahtera dalam hidup. Kita diajak
Allah untuk melangkah meninggalkan kebiasaan yang salah dan kembali di jalan
damai sejahtera-Nya. Bertobat adalah tindakan berbalik arah, kembali kepada
Allah dengan membiasakan
diri hidup dengan melakukan apa yang baik.
“Yesaya”
berarti “Tuhan adalah keselamatan” dan dia adalah nabi keselamatan. Namun,
keselamatan dan penghakiman selalu bersama-sama dalam Alkitab; jika Anda tidak
mau diselamatkan, maka Anda akan dihakimi. Yesaya menggabungkan kedua tema ini:
penghakiman (Yes 1:1-35:10) dan
keselamatan (Yes 40:1-66:24).
Kedua tema utama ini dipadukan dengan adanya bagian bersejarah tentang Raja
Hizkia (Yes 36: 1-39:8).
Waktu
Yesaya mulai bekerja, Israel sedang berada di ambang kehancuran. Dalam tahun
722 sebelum Masehi Kerajaan Utara dengan kesepuluh sukunya dikalahkan oleh
bangsa Asyur (2 Raja 17).
Tetapi Kerajaan Selatan, Yehuda, sedang menuju nasib yang sama. Secara sosial,
politis mereka sudah rusak, demikian juga iman percaya mereka. Kerajaan Utara
telah dihukum dan musnah. Tetapi, Yehuda berbeda. Negeri itu harus dihakimi,
tetapi oleh karena adanya perjanjian abadi dengan Allah, maka Yehuda juga akan
diselamatkan. Pada suatu saat, dari Yehuda akan datang seorang Hamba Tuhan,
Sang Juruselamat yang akan menyelamatkan bukan hanya Yehuda, tetapi seluruh
dunia.
Keselamatan inilah menjadi Sukacita, terjadi luapan syukur tak terbendung yang
akan mendorong kita untuk menaikkan pujian kepada Tuhan. Perasaan itulah yang
sedang dialami oleh bangsa Israel. Bangsa Israel melantunkan YADAH (puji-pujian
kemuliaan - doksologi) bagi Allah. Apa alasan mereka? YADAH
adalah kata kerja dengan akar kata, "tangan diperpanjang, untuk membuang
tangan, karena itu untuk menyembah dengan tangan diperpanjang." Menurut
Lexicon, makna berlawanan "untuk meratapi, yang meremas-remas
tangan."
Firman Tuhan menasihatkan kita, agar dengan segenap totalitas kehidupan
kita Yadah-memuji memuliakan nama Allah
dengan membiasakan
melakukan apa yang baik sesuai firman-Nya. Tanda mengaminkan keselamatan yang
daripada Tuhan di dalam Yesus Kristus. Selamat hari Minggu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar