Jangan Biarkan Berlalu
(Ibrani
10:5-10)
Masih menanti yang
lain? Menanti siapa? Bukankah Dia sudah datang? Betul sekali! Dia sudah datang dan
akan datang lagi pada waktu-Nya. Namun yang pasti, kedatangan-Nya membawa dan
memberi makna. Dia datang membawa dan memberi keselamatan. Dialah keselamatan
itu, bukan yang lain.
Pada zamannya, orang Kristen yang berlatar belakang
Yahudi, yang menerima surat Ibrani, mengalami banyak penganiayaan. Itulah konsekwensi
yang mereka hadapi karena hidup beriman di dalam Kristus (11:1). Namun tidak
sedikit yang terombang-ambing imannya di tengah penganiayaan tersebut. Mereka diajak
kembali ke masa lalu (menghidupi adat istiadat Yahudi) yang dianggap paling
sempurna. Segala ketetapan yang diperintahkan Musa kepada Israel, seperti
mempersembahkan korban bakaran, korban sajian, korban minuman, dan korban
ukupan harus dilakukan turun-temurun karena dipahami sebagai kesempurnaan dan
menyelamatkan.
Akan tetapi menurut penulis surat Ibrani, korban-korban itu
tidak dapat menyelamatkan dan mendekatkan manusia pada Allah dengan sempurna. Korban
tersebut hanya mengingatkan manusia akan dosanya. Dosa menjadi penghalang
antara manusia dengan Allah. Itu sebabnya Allah mengutus Yesus supaya di dalam
tubuh-Nya dan dengan tubuh-Nya, Yesus melakukan kehendak Allah.
Korban yang
benar adalah ketaatan akan perintah-perintah-Nya. Yesus adalah korban Allah
yang sempurna. Sebab Dia melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Ia menyerahkan
diri-Nya dan berkata kepada Allah, “Kehendak-Mu jadilah.” Ia mempersembahkan
kepada Allah apa yang tidak mungkin dapat dipersembahkan oleh manusia. Ketaatan
yang sempurna itulah korban yang sempurna. Korban hewan yang
dipersembahkan oleh imam berulang kali tanpa akhir dan membuat manusia tetap
terasing dari Allah. Sebaliknya, korban Yesus diserahkan sekali untuk
selama-lamanya. Pengorbanan-Nya adalah karya keselamatan Allah yang tidak dapat
diulang kembali. Kesempurnaan seperti itu tak perlu penyempurnaan lagi.
Setelah
menjalani tiga minggu Advent, kini kita tiba di minggu Advent IV, Advent
terakhir. Akankah Advent berlalu begitu saja? Apakah yang telah kita
persembahkan untuk Tuhan? Allah tidak menghendaki korban-korban hewan, tetapi
mentaati kehendak-Nya. Samuel berkata "Apakah
TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti
kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari
pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba
jantan.” (1 Sam 15: 22). Kita mengakui bahwa perjalanan dan penantian panjang
menyusuri jalan yang bernama “onak duri” belum segera berakhir. Namun,
lembaran-lembaran baru yang mungkin saja kelabu tak perlu membuat lesu. Itu harus
dijalani. Jika orang percaya ingin memiliki persekutuan dengan Allah, maka
ketaatan adalah satu-satunya jalan ke sana. Mari kita jalani bersama Yesus yang
telah menjalaninya dalam kesempurnaan. Itulah bentuk sambutan kita di Advent
yang akan berlalu, namun tidak sekedar berlalu. Yakinlah, “orang yang menabur dengan air mata akan menuai dengan sorak-sorai.”
(bdn. Mzm 126: 6; Zak.2: 10). Selamat hari Minggu dan beribadah. Yesus
memberkatimu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar