Bukalah
Hatimu untuk-Ku
(2 Korintus 6:1-13)
Bukan hanya ijazah palsu yang
mengganggu, para rasul palsu pun telah mengganggu sejak ribuan tahun yang lalu.
Di kota Korintus, para rasul palsu tampil untuk menyerang rasul Paulus. Masa
lalunya sebagai mantan penganiaya orang Kristen, sering dijadikan sebagai
alasan untuk menolak Paulus. Bukan hanya itu, dia dianggap tidak layak sebagai
rasul karena tidak memiliki lisensi seorang rasul. Dia dituduh tidak memiliki
kecakapan dalam hal karunia karismatis, pengalaman spiritual sebagai seorang
rasul, tidak konsisten dalam menepati janji, kurang cakap dalam berkata-kata
(11:6; 12:1; 12:13,16 dyb). Tuduhan-tuduhan yang
disampaikan para rasul palsu tersebut sangat mempengaruhi orang Korintus dalam
menerima kabar baik yang disampaikan Paulus. Menyikapi keadaan itu, ada 2 hal
yang disampaikan Paulus kepada orang Korintus dan semua orang percaya di
sepanjang masa agar senantiasa membuka hati untuk Allah.
Pertama, menghargai kasih karunia Allah. Adalah kasih karunia jika Allah
mengutus Paulus ke Korintus dan kota-kota lainnya. Demikian juga dengan para
pemberita Injil lainnya yang menyampaikan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Penerimaan maupun penolakan terhadap Injil Kristus sangat mempengaruhi kualitas
kehidupan di suatu tempat. Jika Injil diterima maka kerajaan Allah yang
memerintah di tempat tersebut (Rom 14:17). Sebaliknya,
jika ditolak maka kerajaan dunia yang menguasainya. Apakah kasih karunia Allah
padamu? Kesehatan, pengharapan, firman-Nya, pengampunan, hidup kekal, dll.
Kasih karunia itu harus dipertanggungjawabkan (Mat.25:23). Jika tidak, Allah
bisa saja memberi kasih karunia-Nya kepada yang lain.
Kedua, menghidupi status sebagai hamba (budak, pembantu, pelayan) Allah. Apakah status hamba Allah? Sabar
(marbenget ni roha, marlambas ni roha)!
Sabar dalam hal apa? Dalam segala hal: dalam penderitaan, kesesakan, kesukaran,
dst (ay.5-10). Dalam kesabaran selalu melekat sifat ketaatan (pangoloi) kepada Allah. Paulus sabar di
tengah pahit getirnya pelayanan. Mengapa dia harus sabar? Sebab Allah juga
sabar terhadap umat-Nya. Tujuan kesabaran-Nya adalah untuk membawa banyak orang
kepada pertobatan (Rom 2:4). Kesabaran itu
tampak dalam pendekatan yang variatif. Terkadang, Paulus menggunakan kalimat
yang keras, terkadang pula dia menggunakan kalimat seperti berbicara kepada
anak-anak (ay.13).
Sama seperti Paulus, demikianlah
hendaknya setiap orang percaya menghargai kasih karunia Allah dan hidup sebagai
hamba Allah. Hal itu dilakukan bukan untuk pencitraan, mempromosikan ataupun
mempopulerkan diri melainkan “…supaya
nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari
diri kami” (4:7). Sehingga, Allah saja yang
dimuliakan dan kita dimampukan bertahan. Jika demikian, semakin banyak hati terbuka
untuk-Nya. Selamat Hari Minggu, selamat beribadah. Tuhan Yesus memampukanmu
dalam suka dan derita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar