MINGGU SETELAH NATAL, 28 DESEMBER
2014
Bertemu
dengan yang dinanti (Lukas 2:36-40)
P
|
ernah
kecewa dalam penantian? Mungkin pernah. Yang dinanti tak kunjung hadir. Bagaimana
rasanya? Pasti kecewa, atau bahkan sampai marah sebab yang dinanti justru
ingkar janji. Namun tidak demikian halnya dengan Allah. Allah menepati
janji-Nya dengan mengutus Juruselamat yang dinanti-nantikan Israel. Dari sekian
banyak yang setia menantikan Juruselamat itu adalah seorang nabi perempuan
bernama Hana. Dia bertekun berdoa, berpuasa, dan beribadah (ay.37). sekalipun
sudah berusia 84 tahun dan hidup menjanda 14 tahun tetapi keadaan itu tidak
mengecewakan. Hana bertemu dengan Juruselamat.
Namun
bukanlah yang dinantikan berbeda dengan yang diharapkan? Apa yang dapat
diharapkan dari seorang bayi? Dapatkah seorang bayi melawan kekejaman,
ketidakadilan, kemiskinan, penjajahan yang menerpa Israel? Yang dinantikan pejuang,
kok yang lahir bayi? Ups, tunggu
dulu. Jangan cepat-cepat pesimis. Sekalipun kecil, tetapi Allah menyertai-Nya.
Alkitab mencatat: Anak itu bertambah
besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya
(ay.40). Cara Allah berkarya sering kali berbeda dengan yang diharapkan
manusia. Tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham, Yusuf, Musa, Elia, para murid dan
masih banyak lagi juga mengalaminya. Tetapi Alkitab mengingatkan kita bahwa
Yesus yang dinantikan itu penuh kasih
karunia Allah. ketika melihat Yesus,
kita melihat kasih kanrunia, berkat dan pengasihan Allah pada diri kita dan
dunia ciptaan-Nya. Kita yang tidak layak dikasihi, namun beroleh pengasihan-Nya.
Kita, yang ibarat sampah dan kotor dan menjijikkan, namun dipungut dan
dibersihakan Allah karena kasih karunia-Nya. Murka-Nya memusnahkan tetapi
kasih-Nya menyelamatkan. Kita semestinya dimusnahkan namun karena kasih
karunia-Nya kita diselamatkan. Itulah yang dituliskan Charlotte Elliott dalam
lagunya “Meski tak layak diriku, tetapi
kar’na darah-Mu dan kar’na Kau memanggilku, ‘ku datang Yesus pada-Mu
(KJ.No.27).
Dalam
hitungan beberapa hari lagi, tahun 2014 akan segera berakhir. Kita mengakui
bahwa tiada tahun tanpa Tuhan, dan tiada tahun tanpa kasih karunia Tuhan. Dalam
kasih karunia itu, Allah senantiasa menawarkan kelemahlembutan bukan pedang dan
kekerasan. Allah sedang menanam pengharapan, bukan ala instan yang menawarkan cepat
rasanya dan terasa cepatnya.
Bukan ala GPI (ga pake lama) dan GPS (gak pake susah) namun yang setia
dalam proses. Oleh karena itu, bukanlah kasih karunia Allah memandu kita mau berterima kasih (bersyukur) dan bersaksi? Selamat Natal dan beribadah.
Selamat hari Minggu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar