NILAI SEBUAH HIDUP
(Amsal 4:18-27)
Kepribadian seseorang
akan dapat kita ketahui dari apa dan bagaimana seseorang itu berbuat, bersikap
dan berbicara, sehingga perlu ada senantiasa pembenahan diri, baik moral maupun spritual. Perlu mencari hikmat, pengetahuan untuk
mengerti dan memahami apa makna kehidupan yang sesungguhnya dan bagaimana
berbuat dan bertingkahlaku yang benar. Hikmat dihasilkan oleh sebuah keputusan
yang diikuti dengan disiplin diri yang kokoh seumur hidup. Itu sebabnya tidaklah
mengherankan jika seorang tua selalu mengajarkan perihal kehidupan dan etika
moral kepada anak-anaknya secara berulang-ulang/terus-menerus, agar kiranya anaknya tetap berpegang teguh kepada
didikan, hikmat, nasehat dan pengajaran dan tidak akan pernah melepaskannya. Pentingnya pengajaran yang berulang-ulang, agar kiranya mampu melihat dan menyadari bagaimana orang-orang fasik selalu berusaha
membuat orang lain tersandung hingga terjatuh. Mereka tidak dapat tidur nyenyak
sebelum mencelakai orang lain (Ams. 4:16), itu sebabnya bagaimana kita harus berhati-hati agar tidak tersandung atau jatuh, untuk tidak mau mengikuti jalan-jalan mereka. (ay. 14-16).
Suatu hal yang terpenting untuk menjalankan hikmat itu adalah dengan
menjaga hati dengan segala kewaspadaan (4:23 ”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,
karena dari situlah terpancar kehidupan“). Hati dalam konsep pemahaman orang Ibrani
adalah pusat kesadaran seseorang, yang mencakup akal budi, pengertian, perasaan
dan kehendak. Hikmat bukanlah respons yang bersifat lahiriah saja. Perkataan dan tindakan akan lahir dari
hati seseorang; artinya perilaku, perkataan seseorang itu akan memperlihatkan
karakter, sifat, watak seseorang. Perilaku digerakkan oleh hati. Itu sebabnya,
diminta untuk mampu menjaga hati dengan segala kewaspadaan, melalui sikap yang
menghindari mulut serong, menjauhkan bibir yang dolak-dalik (4:24). Tidak begitu spesifik apa yang dimaksudkan menjaga
perkataan sendiri atau untuk tidak mendengarkan perkataan serong orang lain.
Akan tetapi yang penting adalah bagaimana kita mampu menjaga diri kita untuk
tidak seturut dengan perilaku jahat, kepada pembual, pemfitnah, pencemooh dan
pada orang-orang yang sombong dan congkak (Roma 12:2 ”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga dapat membedakan manakah kehendak
Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Alah dan yang sempurna.”). Sesungguhnya
orang yang mampu menjaga dan menguasai lidahnya, dialah yang disebut sempurna
sebab ia dapat mengendalikan seluruh tubuhnya (Yak. 3:2 ”Sebab kita semua bersalah
dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah
orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya“). Tidak mudah untuk memilih jalan hikmat karena
godaan dari orang fasik, namun kita harus senantiasa berpegang serta bertekun
dalam hikmat, sebab hanya dalam hikmatlah kita beroleh hidup yang berkenan di
hadapan Allah. Selamat
hari Minggu. (NS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar