MENYAMBUT TUHAN
DENGAN CARA HIDUP YANG
BAIK
“Ribuan pendatang baru di Jakarta
pasca lebaran lalu dipastikan bisa menetap untuk sementara waktu di Ibu Kota.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta menyebutkan
telah melayani ribuan warga dalam Operasi Bina Kependudukan (Binduk)
2018. Operasi Binduk bagi warga pendatang baru tersebut telah dilaksanakan
sejak H-14 Lebaran hingga 31 Agustus 2018 lalu. Selama pelaksanaan Operasi
Binduk, Disdukcapil telah membuatkan sebanyak 4.599 Surat Keterangan Domisili
Sementara (SKDS) untuk warga pendatang baru.” (SINDONEWS.com Selasa, 4 September
2018).
“Masyarakat perlu
meningkatkan kewaspadaan dan pengamanan di lingkungan masing-masing. Kenali
tetangga hingga pendatang di sekitar lingkungan tempat tinggal. Jika tidak
waspada, tidak menutup kemungkinan mereka bisa memanfaatkan situasi untuk
berbuat kejahatan.” Begitu tulisan Pikiran Rakyat, Kamis 25 Oktober 2018.
Menjadi
seorang pendatang tidaklah selalu enak. Seorang pendatang biasanya tidak begitu
bebas dan tidak bisa berbuat sesuka hati. Kita harus menjaga diri sebaik
mungkin. Apa lagi kalau kita membawa sebuah nama almamater, profesi atau nama
golongan, kita harus bermawas diri, agar nama almamater, profesi atau nama golongan
yang kita sandang tidak tercoreng karena sikap kita yang tidak baik.
Melalui
suratnya, rasul Petrus mengingatkan orang Kristen Yahudi perantau di daerah
Asia Kecil, agar tetap berbuat baik dan menjauhkan diri dari
keinginan-keinginan daging, di tengah-tengah bangsa lain bukan Yahudi. Mengapa?
Karena mereka umat Allah, bangsa pilihan yang harus menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa lain. Orang-orang perantau tersebut oleh Petrus juga disebut
sebagai “saudara-saudaraku yang kekasih.” Mereka diingatkan: Jangan pernah
lekat dengan apapun yang ada di dunia ini. Karena kelekatan dengan dunia, akan
membuat hidup kita menderita saat kehilangannya. Karena tidak ada yang kekal di
dunia ini. Sebagaimana perantau, suatu saat kita akan beranjak dan pergi dari
dunia ini. Apa yang berharga dan paling berharga sekalipun dari yang kita
miliki saat ini, tak mungkin menjadi milik kita selama-lamanya. Selagi masih
musafir di dunia ini, mari memiliki cara hidup yang baik di tengah-tengah
bangsa-bangsa (bnd.ay.12).
Sebagai perantau di dunia ini, orang percaya akan
menjadi pusat perhatian. “Waspadalah!” kata Petrus. Orang percaya haruslah
yang bersedia menyerahkan dirinya dalam pimpinan Tuhan dan melayani kepentingan
Tuhan. Melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada semua orang. Itulah cara orang
percaya “menyambut Tuhannya.” Apakah Anda orang yang seperti ini? Selamat Advent!
Amin. (NS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar