APA
DAN
BAGAIMANAKAH
KITA BERIBADAH?
(Roma 12: 1-3)
Banyak
orang beranggapan bahwa dengan mengikuti ibadah di gereja setiap minggu, juga
ibadah partangiangan keluarga (persekutuan keluarga) sudah cukup dan sudah
memperlihatkan imannya akan Tuhan Yesus, yang walaupun semuanya hanyalah
rutinitas belaka. Dan terkadang juga dengan “rajin”nya mengikuti ibadah, ada
orang menghakimi orang lain yang tidak turut serta ambil bagian di dalamnya.
Padahal kalau kita cermati, apakah yang dapat kita perbuat/lakukan sebagai buah
dari ibadah kita. Banyaknya ibadah dalam kemunafikan yang hanya untuk
membenarkan diri, menyombongkan iman pun mau mempertontonkan kesetiaannya.
Dalam hal ini Paulus meminta, agar kiranya dalam ibadah,
tidaklah hanya sebatas rutinitas, atau seremonial belaka yang memperlihatkan
keindahan tata ibadah, nyanyian, penampilan. Tetapi adalah bagaimana kita mau
mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan; artinya
seluruh totalitas kehidupan kita, kita persembahkan buat kemuliaan Tuhan, termasuk apa
yang kita miliki, talenta, karunia-karunia, suara, waktu pun harta milik. Dalam artian bagaimana kita mampu
tampil beda dari dunia ini, dalam sikap, perkataan dan perbuatan, kasih,
kesetiaan dan kejujuran (bnd. 1 Tim. 4:12 ....”jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan
dalam kesucianmu”). Artinya bagaimana kita harus keluar dari kebiasaan dunia
ini, tidak sama. Tentu harus ada pembaharuan, berubah untuk hal yang lebih
baik, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
buruk yang sering dipertontonkan oleh dunia ini. Bagaimana kita senantiasa mau memperbaharui komitmen iman
kita akan Tuhan (bnd. Yosua
24:14-20), melakukan pembaharuan budi/pikiran, pemahaman serta keperibadian
kita di hadapan Tuhan. Artinya kehidupannya yang telah mengalami transformasi
yang menyangkut sifat dan prinsip hidup yang terwujud dalam keseharian.
Ibadah
yang sejati akan menghasilkan pola pikir yang sesuai dengan kebenaran Allah.
Ibadah yang benar harus dilakukan dengan segala totalitas kehidupan, di dalam
roh dan kebenaran. Itulah hidup yang Tuhan inginkan, kehidupan tanpa kompromi
dengan dunia ini. Tidak ada iman yang kompromistis, tetapi adalah iman yang
mampu memisahkan diri dari dunia ini dan segala apa keinginannya. “Janganlah
kamu sama seperti dunia ini, tetapi berubahlah oleh karena pembaharuan budimu.“
Diubah dan mau berubah, bertransformasi, atau bermetamorfose, bergerak dan
berubah untuk lebih baik. Pembaruan hidup bukan hanya terjadi pada permukaan,
melainkan sampai ke dalam hati, bukan hanya gaya yang berbeda dari dunia ini,
tetapi secara hakiki dibaharui untuk tidak sama lagi dengan dunia ini. Anugerah
Kristus mendorong seseorang untuk berubah dan berusaha melakukan apa yang berkenan
kepada Allah, kerendahan hati sebab dengan itu kita akan lebih berkenan dalam
melayani Tuhan, itu sebabnya Allah memberikan kita rupa-rupa karunia untuk
melayani dan membangun “Tubuh Kristus.” Selamat hari Minggu. (HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar