Membangun Persekutuan
Yang Harmonis
Yang Harmonis
Sebagai makhluk sosial,
sebagai orang beriman tentu kita perlu
berinteraksi dengan lingkungan, dengan sesama di manapun kita berada membangun suatu persekutuan yang dengan sesama atau
komunitas tentu membutuhkan integritas diri yang baik dan bertanggung jawab, melatih diri untuk mengalahkan ego/kepentingan pribadi,
belajar mendengarkan, serta berusaha bersikap
ramah. Sebab sikap dan perilaku kita akan menentukan nilai kita di hadapan
banyak orang. Dalam hal ini sangat diperlukan keperibadian yang jujur, setia
dan bertanggung jawab atau bagaimana kita
harus memiliki daya tarik, sehingga orang lain mau berinteraksi dengan kita.
Sebagai orang Kristen
kita terpanggil menghadirkan nilai persekutuan dengan semua orang, baik mereka
yang tidak seiman dengan kita, sebab dengan itu kita memperlihatkan bagaimana
sesungguhnya kehidupan yang diterangi Firman Allah. Sehingga untuk sampai ke
perilaku seperti itu, kita juga perlu membenahi diri/tranformasi kehidupan
dengan mengidentifikasikan diri kita secara terus-menerus
dengan Kristus hingga menyerupai Kristus (Plp.
2:5); seperti misalnya bagaimana kita bisa saling mengampuni satu dengan yang
lain jikalau ada kesalahan atau keterlanjuran orang lain (ay. 13b). Mengampuni bukan berarti kita setuju dengan apa
yang dia lakukan, sebab kita juga tidak berhak untuk menghakiminya, dengan
tujuan agar dengan pengampunan, dengan mengasihinya dia tersadar dengan apa
yang telah dia perbuat/memberikan waktu baginya untuk berubah. Juga dengan mengasihi (ay.
14) dan memberikan diri kita senantiasa dipenuhi/diperintah sejahtera dan damai
(ay. 15a).
Harus kita sadari bahwa tidak selamanya apa yang
baik kita perbuat menurut ukuran kita berkenan bagi orang lain, ada yang tidak
setuju, bahkan boleh saja melahirkan sikap kebencian dan permusuhan dari mereka
yang tidak senang dengan kita, untuk itu perlu ada kesabaran, kemampuan untuk menahan diri, tidak
terpancing dengan gaya hidup cara mereka menyikapi kita, sehingga tetap
tercipta komunikasi dengan mereka. Perbedaan yang kita temui mari kita jadikan
sebagai karunia yang akan membentuk diri kita untuk lebih baik, lebih bersabar
dan penuh kasih. Dengan seringnya kita berkomunikasi boleh jadi akan membawa
mereka untuk menyadari siapakah kita dengan apa yang kita lakukan itu adalah
dari hati kita yang sesungguhnya. Dengan senantiasa membangun hubungan
komunikasi akan terjalin hubungan yang baik, harmony dalam persekutuan. Artinya
kita harus berjuang selalu untuk mengalahkan diri/demi sebuah kedamaian dan
suka cita
bersama, tetapi tetap dalam komitmen jiwa, iman untuk tidak mau serupa dengan
dunia ini. Amin. (HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar