TUHAN DATANG
UNTUK
MEMBAWA KASIH KARUNIA
(Lukas 1: 26-38)
Dalam sebuah persekutuan Penelaahan Alkitab (PA),
seorang remaja berkata: Saya kurang menyukai pertemuan di gereja pada hari
Natal. Karena setiap kali Natal tiba, gereja selalu penuh sesak. Apa gunanya
orang-orang datang setahun sekali. Mereka hanya bikin penuh gereja sekali
setahun, Martina (Marminggu Tingki Natal). Menurut saya sebaiknya orang-orang
itu di rumah saja. Tetapi ketika saya teringat dengan kisah para murid yang melarang
anak-anak yang datang kepada Yesus. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah
menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku.” (Mat.19:14). Sikap saya
sepertinya mencerminkan sikap para murid-murid Yesus, kata remaja tersebut
mengaku salah.
Harry Reassonary seorang wartawan dan penyiar radio Amerika
Serikat mengatakan: “Jika orang-orang Kristen tersentuh hanya setahun sekali
pada hari Natal, bagaimana pun sentuhan itu tetap ada artinya. Sebab kita tidak
tahu kapan seseorang bisa berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Bisa jadi saat
pagi-pagi di hari Natal, kita merenung dan Yesus menjamah hati kita. Bisa juga
melalui perayaan, melalui drama Natal, paduan suara atau melalui berbagai macam
event natal yang diselenggarakan. Kita tidak bisa tahu secara persis. Semua hal
bisa dipakai Tuhan menjadi sarana untuk menjamah hati seseorang untuk berjumpa
dengan-Nya.” Kesempatan Natal, biarlah sebanyak mungkin orang untuk datang di
gereja. Siapa tahu Tuhan menjamah hati mereka.
Lukas 1: 26-38 ini memaparkan bahwa
Allah memiliki kuasa untuk melakukan setiap rencana dan rancangan-Nya yang sangat
jauh berbeda dengan cara dan rancangan manusia. Apa yang Tuhan lakukan adalah
sempurna, untuk kemuliaan dan kebesaran Nama-Nya. Sebab bagi Allah tidak ada
yang mustahil. (ay.37). Kita harus menyerahkan semua rencana kita ke dalam
tangan-Nya. Allah tidak hanya mengetahui apa yang harus Ia lakukan dan
bagaimana menyelesaikannya dengan cara-Nya yang ajaib, tetapi Ia juga mampu
untuk membuka jalan walau segala sesuatu terasa mustahil. Yang harus kita
lakukan percayalah kepada-Nya dan melakukan segala sesuatu yang Ia minta dengan
penuh ketaatan. Seperti kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (ay.38).
Kita adalah hamba Tuhan. Kita adalah untuk
Tuhan, bukan Tuhan untuk kita. Hamba bergantung kepada tuannya, bukan
tuannya yang bergantung pada hambanya. Karena itu, hamba tidak boleh menuntut.
Hamba tidak boleh melawan. Hamba tidak boleh mengubah kehendak tuannya. Hamba
yang taat mengatakan: “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Selamat Advent. Amin. (NS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar