TUHAN DATANG
UNTUK MENEPATI JANJI-NYA
(2 Petrus 3: 8-15a)
Iman percaya kita kepada
Tuhan haruslah kita tunjukkan dengan cara hidup yang benar. Cara hidup
yang sesuai dengan firman Tuhan adalah khotbah yang hidup, apakah
itu memakai kata-kata atau tidak. “Kita adalah Alkitab yang dibaca oleh dunia”
begitu kata Dr. Billy Graham seorang Amerika yang memiliki semangat penginjilan
yang kuat abad 20.
“Suatu hari St. Fransiskus dari Assisi berkata kepada
beberapa orang pengikutnya: “Mari kita pergi ke dusun dan berkhotbah sepanjang
jalan”. Kemudian di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang berbeban
berat, Fransiskus tidak tergesa-gesa mendengarkan keluh kesahnya. Tiba di
desa berikutnya, Fransiskus berbincang dengan pemilik kedai, meluangkan waktu
bersama petani-petani yang berjualan sayur dan buah, dan bermain dengan
anak-anak di jalanan. Pada perjalanan pulang, mereka bertemu seorang petani
yang membawa jerami dan Fransiskus berjalan menemaninya. Pagi berlalu,
mereka kembali ke rumah. Salah seorang pengikutnya dengan kecewa berkata kepada
Fransiskus, bapa Fransiskus, bukankah Anda berkata akan berkhotbah? Tapi sepanjang
hari dilewatkan tanpa berkhotbah satu kalipun. Dengan tenang Fransiskus
menjawab: Tapi kita sudah berkhotbah terus di sepanjang jalan melalui apa yang
kita buat sepanjang hari ini!
Pada hari-hari zaman akhir akan tampil
pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup
menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan
Tuhan itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap
seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." (2 Pet.3:3-4). Petrus
menanggapi, tidaklah benar bahwa dunia tetap seperti semula sejak penciptaan.
Petrus mengutip Firman Tuhan, ketika terjadi kejahatan besar, kemudian Allah
membinasakan dunia dengan Air Bah (ay.6). Dan tentulah, Air Bah telah membawa
perubahan besar pada dunia ini. Bahwa kebinasaan berikutnya akan terjadi dengan
api, bukan air (ay.10). Kapan itu terjadi? Petrus menulis, “di hadapan
Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu
hari” (ay.8). Dengan mengatakan ini, Petrus boleh jadi sedang memikirkan
perkataan Musa dalam Mazmur 90:4: “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti
hari kemarin…” Petrus memperingatkan,
kesabaran Tuhan jangan dianggap menjadi kesempatan untuk menunda keputusan
untuk mengikut Yesus. Waktu yang kita miliki berbeda dengan konsep waktu yang
Tuhan miliki. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya (ay.9), hari Tuhan akan tiba
seperti pencuri (ay.10).
Tuhan “seperti menunda kedatangan-Nya” memberi
kesempatan untuk beroleh selamat bagi kita, tetaplah setia melakukan firman-Nya.
Perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kol.3:23).
Selamat hari Minggu. Amin. (NS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar