Tuhan Melakukan Perkara Besar
( Mazmur 126:
1-6)
Hidup adalah
perjuangan, dan dalam mengarungi kehidupan kita senantiasa bertemu dengan kesulitan,
kegagalan juga keberhasilan; kesedihan juga sukacita, hanya saja bagimanakah
kita memaknai setiap apa yang kita lalui dan alami. Ketika kita mengalami
penderitaan, suatu keinginan hati yang pasti bagaimana dan kapan kita bisa
keluar dari persoalan yang tengah kita hadapi. Kalau kita lihat bagaimana kehidupan
bangsa Israel yang menghadapi pergumulan panjang, mereka ditawan di Babel
hingga 70 tahun, suatu waktu yang tidak singkat, hilangnya kebebasan, hilangnya
sukacita, terputusnya jalan untuk beribadah ke Yerusalem. Tentu mereka sangat
berharap untuk bisa kembali ke tanah mereka, akan tetapi mereka tidak berdaya,
tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, memberontak tentu suatu keadaan yang
tidak mungkin.
Tidak ada sukacita yang paling besar yang kita rasakan ketika kita dapat meraih impian yang telah lama kita impikan dan pergumulkan, sepertinya kita tidak ingat bagaimana proses itu bisa kita lalui. Sebagaimana bangsa Israel yang diliputi sukacita besar, impian mereka terwujud, Tuhan menuntun mereka keluar dari Babel. Hati mereka diliputi sukacita dan sorak kegirangan. Ingatan yang kuat akan pertolongan Tuhan mendorong mereka kembali beriman kepada Allah , dan melelui pengharan itu mereka menemukan jaminan keselamatan dan kebebasan mereka. Allah tidak pernah diam dalam penderitaan umat-Nya. Pertolongan-Nya adalah kenyataan anugerah-Nya yang menerobos benteng-benteng kesulitan yang tengah kita hadapi, yang membelenggu kita, yang mengeluarkan kita dari kesulitan itu, dan boleh jadi kita akan terheran dan merasa bagaikan mimpi (ay.1). Artinya Tuhan senantiasa memperlihatkan cara-Nya yang berbeda untuk menolong kita, di luar rasio nalar kita. Tetapi itulah kebesaran dan kuasa kasih-Nya yang menjawab senantiasa apa yang tengah dipergumulkan oleh orang yang senantiasa berpengharapan (ay.2), dan karya pemulihan Allah masih senantiasa berlanjut hingga kini dan masa yang akan datang.
Jika kita memfokuskan seluruh perhatian kita kepada Allah, dan seluruh apa yang diperbuat-Nya bagi kita, tentu kita tidak akan pernah kehabisan alasan untk tidak bersyukur, bersaksi dan berpengharapan (ay.3). Tuhan melakukan banyak perkara besar, mari kita bersukacita), walaupun kita haru berjuang untuk sebuah nilai kebenaran dan kebebasan beribadah, penantian kita tdak akan pernah sia-sia (ay.5-6). Kalaupun sepertinya Tuhan menunda, adalah kesempatan bagi kita untuk semakin berbenah diri dalam iman dan kesetiaan; adalah juga untuk memperlihatkan bahwa Allah berdaulat atas waktu. Selamat Advent. (HS)
Tidak ada sukacita yang paling besar yang kita rasakan ketika kita dapat meraih impian yang telah lama kita impikan dan pergumulkan, sepertinya kita tidak ingat bagaimana proses itu bisa kita lalui. Sebagaimana bangsa Israel yang diliputi sukacita besar, impian mereka terwujud, Tuhan menuntun mereka keluar dari Babel. Hati mereka diliputi sukacita dan sorak kegirangan. Ingatan yang kuat akan pertolongan Tuhan mendorong mereka kembali beriman kepada Allah , dan melelui pengharan itu mereka menemukan jaminan keselamatan dan kebebasan mereka. Allah tidak pernah diam dalam penderitaan umat-Nya. Pertolongan-Nya adalah kenyataan anugerah-Nya yang menerobos benteng-benteng kesulitan yang tengah kita hadapi, yang membelenggu kita, yang mengeluarkan kita dari kesulitan itu, dan boleh jadi kita akan terheran dan merasa bagaikan mimpi (ay.1). Artinya Tuhan senantiasa memperlihatkan cara-Nya yang berbeda untuk menolong kita, di luar rasio nalar kita. Tetapi itulah kebesaran dan kuasa kasih-Nya yang menjawab senantiasa apa yang tengah dipergumulkan oleh orang yang senantiasa berpengharapan (ay.2), dan karya pemulihan Allah masih senantiasa berlanjut hingga kini dan masa yang akan datang.
Jika kita memfokuskan seluruh perhatian kita kepada Allah, dan seluruh apa yang diperbuat-Nya bagi kita, tentu kita tidak akan pernah kehabisan alasan untk tidak bersyukur, bersaksi dan berpengharapan (ay.3). Tuhan melakukan banyak perkara besar, mari kita bersukacita), walaupun kita haru berjuang untuk sebuah nilai kebenaran dan kebebasan beribadah, penantian kita tdak akan pernah sia-sia (ay.5-6). Kalaupun sepertinya Tuhan menunda, adalah kesempatan bagi kita untuk semakin berbenah diri dalam iman dan kesetiaan; adalah juga untuk memperlihatkan bahwa Allah berdaulat atas waktu. Selamat Advent. (HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar