BERSUKACITA DI DALAM TUHAN
(Filipi 4: 1-9)
Banyak orang berpikir bahwa bersukacita
adalah suatu keadaan di mana orang tertawa terbahak-bahak dengan penuh
kegirangan karena keberuntungan, karena kesehatan yang prima, penuh canda,
tanpa beban atau masalah. Pada umumnya orang bersukacita karena
sesuatu yang baik, yang dialaminya. Entah itu gaji naik, kedudukan baru, dan
sebagainya. Betul! Rasanya
amat jarang ada orang yang bisa
bersukacita karena hal buruk yang dirasakannya. Tak ada undangan melakukan pengucapan
syukur, karena di Putus Hubungan Kerja (PHK), misalnya. Benarkah demikian?
Menarik membaca nasihat Paulus ini, bersukacitalah
senantiasa dalam Tuhan! Perhatikan
ada kata senantiasa (alway) di sana.
Apa artinya? Panggilan untuk bersukacita itu seharusnya dilakukan dalam segala
hal dan segala keadaan. Paulus ketika menulis surat ini berada dalam penjara. Ia
sudah mulai uzur dan punya penyakit kronis, yang disebutnya duri dalam daging
(2 Kor.12:7). Ia sedang mengalami kepahitan hidup. Tetapi, di dalam keadaan
seperti itu ia tetap belajar bersukacita. Mengapa?
Sukacita
adalah sebuah keyakinan yang teguh bahwa Tuhan memegang kendali atas kehidupan
kita. Karena Tuhan sudah memberikan
anugerah yang luar biasa, pengorbanan diri-Nya. Inilah sukacita mendasar dalam
kehidupan orang percaya. Orang yang bersukacita itu akan memandang hidup dengan
lebih optimis, yakin
bahwa Tuhan mendatangkan kebaikan.
Filipi 4:1-9 nasihat rasul
Paulus kepada dua perempuan, Euodia dan Sintikhe jemaat Filipi. Kedua perempuan
ini teman seperjuangan rasul Paulus dalam pekabaran Injil (ay.3b). Di antara
mereka terjadi ketidak-sepahaman yang menyebabkan rusaknya kerja sama, dan itu
mempengaruhi pelayanan jemaat Filipi! Rasul Paulus menasihati mereka berpikir
positif dengan memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah (think on=logizesthe) semuanya itu. Renungkanlah, resapilah dan
lakukanlah. Jangan dibiarkan cuma singgah, lalu segera terlupakan. Telaahlah
baik-baik sehingga sarinya terserap bukan hanya di otak, melainkan sampai ke
hati. Maka, hati dan pikiran pun dilingkupi oleh damai-Nya (ay.7,9). Dengan demikian
orang percaya menempatkan pikirannya berfokus kepada firman Tuhan. Hiduplah
dari hari ke hari dengan iman dan percaya kepada-Nya. Berdoa untuk segala sesuatu,
mengucap syukur dalam segala hal, memikirkan dan melakukan perkara
yang baik dan benar. Maka damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Itulah
sukacita abadi. Selamat hari Minggu. Amin. (NS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar