MEMBENGKELI DIRI
MENJADI SEPERTI KRISTUS
(1 Yohanes 3:18-24)
Tidak banyak orang yang mau bertanya kepada
diri sendiri apakah ia sudah melakukan firman Tuhan, dalam hal apapun, secara
optimal, all out, dengan segenap kemampuan, daya dan kekuatan yang dimilikinya.
Sebab pada dasarnya tidak semua orang yakin bahwa mereka memang harus
melakukannya. Selain itu ada semacam pemahaman bahwa selain melaksanakan firman
Tuhan dalam hidupnya, orang berhak melakukan sesuatu semata-mata demi
kesenangan dan kepentingannya pribadi. Jadi ada semacam pembagian (dikotomi)
antara hal-hal yang sifatnya percaya kepada Tuhan dan yang bukan. Demikian
ajaran-ajaran palsu, menurut Yohanes mereka pendusta dan antikristus.
Bagaimana
cara orang Kristen mencermatinya? Merenungkan apa yang dikatakan 1 Yohanes
3:18-24. Sebuah perikop yang berfokus pada kasih (agape), tepatnya: “berlaku benar berarti mengasihi sesama”. Kata Kebenaran/aletheia berarti apa
yang sesuai dengan kenyataan, dan dalam konteks ini merujuk pada kesesuaian
antara perkataan dengan tindakan. Kebenaran/aletheia itu merujuk lebih
luas pada kenyataan di dalam Allah. Bahwa Kristus tidak mengasihi dengan wacana
saja, melainkan berkorban secara sangat konkrit untuk melayani kebutuhan paling
mendasar kita, yakni keselamatan dan hidup yang kekal.
Yohanes tiba pada kesimpulan, baginya hidup harus berlaku seperti apa yang
diinginkan oleh Kristus sendiri, bahwa orang percaya dikenal dari buahnya, atau
dari apa yang dilakukannya dalam kehidupannya setiap hari. Hidup secara benar
sebagaimana yang dikehendaki Kristus, sebagai sumber dan dasar dari segala
tindakannya.
Maka di situ, kasih menjadi bukti dari kebangkitan orang percaya
dari “kematiannya”. Dalam khotbah di
bukit yang adalah semacam “aturan main”
bagi kehidupan orang percaya, orang yang sudah ditebus atau “dibangkitkan” bersama Kristus. Yesus
menandaskan bahwa ”tidak mengasihi
berarti sama dengan pembunuh” (bandingkan Mat.5:21-22). Setiap pengikut
Kristus (orang Kristen) tidak bisa tidak mengasihi. Barangkali ada orang
mengatakan: “Oke saya tahu ini adalah kewajiban kita. Tetapi mungkinkah ini
kita lakukan?” Jawabnya ada di ayat 22. “dan
apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita
menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”
Maka itu, hidup Kristen berarti meminta supaya Tuhan memampukannya “meneladani
atau meniru Kristus” (lihat: Fil.2:5 dan 1 Pet.2:21). Melalui mengasihi dengan
perbuatan nyata, dan dalam kebenaran. (ay.18).
Orang Kristen peniru
Kristus adalah manusia baru, yang dalam segala bentuk kehidupannya adalah pelayanan
kasih. Ia bukan sekedar lowongan pekerjaan sukarela yang diisinya karena tak
ada orang lain, juga bukan sekedar memanfaatkan atau mengisi waktu luang. Ia
adalah panggilan hidup yang mesti lahir dari hati yang mengasihi, yang
mensyukuri kasih Tuhan. Mengasihi dan mensyukuri kasih Tuhan yang mestinya
tidak berhenti setelah lewat “periode”, “musim”, waktu yang tertentu, tetapi
sinambung, intens bahkan tetap sifatnya. Dan ini berlaku untuk setiap bentuk
aktivitas. Maka itu berarti bahwa hidupmu adalah pengorbanan! Artinya, memberi
bukanlah memberi bila tidak mau kehilangan atau rugi. Menolong bukanlah
menolong bila tidak bersedia mengorbankan tenaga, materi dan waktu. Kiranya
Tuhan membengkeli hidupmu menjadi seperti Kristus. Selamat hari Minggu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar