“TAKUTKAH ATAU KUATIR?“
(Kejadian 15:1-
6)
Semuanya kita pasti pernah takut dan
mungkin saja sering takut dengan berbagai alasan, kita takut mungkin karena
dengan cerita horor, takut dengan ancaman, takut karena tidak memiliki harta,
takut juga karena memiliki harta yang lebih, takut tidak punya keturunan juga
takut kehilangan sahabat, jikalau mengidap suatu penyakit, terutama takut akan
kehidupan akhir. Ketakutan yang kita alami boleh saja akan menghilangkan akal
sehat, semangat, sukacita terutama pengharapan kita akan Tuhan. Pemuda/i gereja
boleh saja kuatir karena belum punya calon pasangan hidup, belum mempunyai
pekerjaan yang menetap; para orangtua kuatir sebab anaknya belum menikah dan
belum bekerja, kuatir sebab anak-anaknya jauh dari sisinya, dll. Masih banyak
hal yang menjadikan kita takut, was-was maupun kuatir. Rasa takut ada dalam
diri manusia sejak Adam jatuh dalam dosa, dan ketakutan itu manjauhkan Adam
dari Tuhan, dia lari dari hadapan Tuhan dan bersembunyi, dia kehilangan sukacita
karena boleh saja dibayangi oleh rasa bersalah. Ketika kita berbuat kesalahan
boleh jadi bayangan itu akan menakutkan kita tentang apa akibat atau reaksi
yang muncul dari orang yang kita sakiti atau bohongi.
Abraham takut
jangan-jangan Kedorlaomer, raja yang pernah dia kalahkan akan bangkit kembali
menyerangnya, dia juga takut akan kelangsungan masa depan keturunannya sebab ia
belum mempunyai anak. Ketika kita takut atau kuatir akan masa depan, terkadang
kita mau menyalahkan orang/pihak lain, bahkan sepertinya kita juga menyesali
Tuhan, mengapa Tuhan tidak begitu serta-merta campur tangan dalam hal apa yang
tengah kita pergumulkan? Kita menganggap bahwa Tuhan itu tidak perduli, merasa
orang lain tidak perduli dengan apa yang kita pergumulkan. Abraham takut
jangan-jangan kalau ia tidak punya anak, hartanya akan jatuh ke tangan Elieser
hambanya orang Damsik. Ketika Tuhan menyapa Abraham, “ jangan takut, Akulah perisaimu, upahmu besar“ dia malah menjawab:
“apa yang akan Engkau berikan kepadaku ….. Engkau tidak memberikan aku
keturunan ….” Tetapi dengan lembut Tuhan menjawab keraguan Abraham: “orang itu tidak akan menjadi ahli warismu …
tetapi adalah anak kandungmu“.
Yang sering menjadi persoalan adalah,
seringnya kita mengandalkan pikiran dan kekuatan kita dalam memahami hidup dan
kehidupan ini, sering lupa akan kemahakuasaan Tuhan dan keagungan kasihNya.
Tuhan berkata “serahkanlah segala
kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia akan memelihara kamu (1 Pet 5:7), Tuhan
menuntun hati, iman dan pikiran kita untuk memberikan waktu dan tempat bagi
Tuhan untuk berkarya dan berbuat dalam kehidupan kita, bagaimana kita dengan
jujur mengutarakan segala sesuatu yang membebani pikiran kita kepada Tuhan.
Dialah perisai, dan kekuatan kita. Tuhan telah mengalahkan ketakutan dan
kekuatiran itu dalam kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, Dia bawa damai
sejahtera, pengharapan dan sukacita. Tuhan berkata: “Damai sejahtera bagimu”.
Untuk itu mari kita hilangkan kekuatiran, takut dari hidup kita supaya kita
dapat menikmati syalom Allah yang agung, dapat melihat bagaimana kuat kuasa
kasihNya bekerja dalam setiap aktifitas kehidupan kita. Terpujilah Tuhan yang
menjawab segala pergumulan kita, yang menguatkan kita dalam menjalani hari-hari
kita, dan yang selalu memberikan kita yang terbaik. Kekuatiran tidak akan
pernah menjawab persoalan hidup kita, selain akan menambah katakutan, tetapi
iman akan Tuhan Yesus akan memampukan kita melihat karya Tuhan dalam hidup kita
dan memampukan kita untuk bersyukur. Bersyukurlah dalam segala hal. (Ef 5:20;1
Tes 5:18).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar